digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rahma Yanti
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Rahma Yanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Belum adanya penelitian mengenai nilai ambang batas reflektivitas untuk mendeteksi kejadian hujan es di Kota Bandung dengan radar X-Band. Banyak metode dikembangkan untuk pendeteksian hujan es menggunakan radar dan terdapat perbedaan metode yang sesuai bagi beberapa daerah. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut akan dilakukan penentuan dan analisis nilai ambang batas radar X-Band yang sesuai di Kota Bandung. Pada penelitian ini data yang digunakan ialah data radar sebagai data primer dalam penentuan dan analisis, data laporan hujan es sebagai penentu waktu kejadian hujan es, data satelit sebagai penentu temperatur puncak awan, data Era-Interim sebagai penentu ketinggian saat temperatur 0°C dan -20°C, dan data curah hujan untuk penentu kejadian hujan non es dan analisis lanjutan. Metode yang dilakukan ialah menghitung dan menentukan kemampuan pendeteksian hujan es pada metode CAPPI, Auer, Wadvogel, VIL, dan POSH. Hasil pengolahan data reflektivitas radar menunjukkan bahwa terjadi nilai reflektivitas tinggi pada kejadian hujan es dan hujan non es di ketinggian rendah. Keberadaan nilai reflektivitas tinggi pada kejadian hujan es memiliki rentang waktu < 30 menit sedangkan hujan non es dapat bertahan hingga > 1 jam. Kemunculan reflektivitas tinggi ini pada hujan es terjadi setelah awan tumbuh secara vertikal sedangkan hujan non es reflektivitas tinggi dimulai dari ketinggian rendah dan seakan akan tumbuh vertikal ke atas. Hasil analisis perbandingan metode menunjukkan metode Waldvogel dapat mendeteksi kejadian hujan es lebih baik dari semua metode karena dapat melihat bagaimana pertumbuhan tinggi awan yang terjadi. Namun, penggunaan metode tersebut perlu meninjau luasan awan yang terjadi sebagai pembeda dua kejadian, karena pada kejadian hujan non es awan tumbuh meluas dibanding hujan es. Evaluasi lanjutan terhadap nilai ambang batas pada metode CAPPI, VIL, dan POSH menghasilkan nilai ambang batas yang berbeda untuk Kota Bandung.