digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengkajian resep obat merupakan kegiatan menganalisis isi resep obat untuk memperoleh obat yang sesuai dengan pengobatan pasien. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi peresepan Non- Steroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID) di pelayanan kesehatan tingkat pertama. Metode yang digunakan yaitu dengan desain deskriptif retrospektif periode Desember 2018 –Mei 2019 pada 8 puskesmas di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling berupa kertas resep obat periode Desember 2018 sebagai sumber data. Aspek yang dievaluasi yaitu data demografi, pola peresepan obat dan potensi Drug Related Problems (DRP) yang terdiri dari data dosis, duplikasi obat dan potensi interaksi obat. Analisis potensi DRP yang dilakukan mengacu pada klasifikasi DRP dari Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE). Dari 2.519 lembar kertas resep obat, pasien yang menerima kertas resep obat berisi NSAID yaitu 1.596 pasien perempuan (63,46%) dan 923 pasien laki-laki (36,54%). NSAID banyak diresepkan pada pasien usia 46-55 tahun (23,70%). Jenis NSAID yang diresepkan yaitu natrium diklofenak (40,87%), ibuprofen (34,19%), asam mefenamat (24,70%) dan piroksikam (0,24%). NSAID paling sering dikombinasikan dengan vitamin B kompleks (24,49%) dan NSAID banyak diresepkan dengan kombinasi dua obat (42,76%). Pada potensi DRP ditemukan dosis NSAID yang subdosis (5,71%) dan duplikasi NSAID (0,44%). Terdapat 26 potensi interaksi obat dengan signifikansi klinik mayor (57,69%), moderat (30,77%) dan minor (11,54%) serta terjadi interaksi obat pada tahap farmakodinamik (76,92%) dan farmakokinetik (23,08%). Kombinasi obat yang mengalami potensi interaksi paling banyak yaitu ibuprofen dengan deksametason (10,68%). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan peresepan NSAID di delapan puskesmas Kota Bandung masih belum tepat.