digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Milki Fabian Moningka
PUBLIC Irwan Sofiyan

Energi geotermal di Indonesia secara umum dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik. Electrification ratio daerah di Indonesia Timur sebagian besar masih berada di bawah rata-rata nasional yang menggambarkan bahwa kebutuhan pemenuhan terhadap listrik wilayah tersebut masih tinggi. Infrastruktur transmisi listrik di Indonesia Timur belum sepenuhnya tersedia dan terintegrasi dengan baik dibandingkan dengan kondisi di pulau Sumatera dan Jawa sehingga pemanfaatan energi geotermal belum bisa dilakukan secara maksimal. Kesiapan sistem transmisi akan mempengaruhi faktor supply-demand listrik yang nantinya menentukan model pengembangan sumber daya geotermal untuk listrik agar pengembangan yang dilakukan sesuai kebutuhan. Dalam penelitian ini dilakukan kajian kelayakan keekonomian terhadap beberapa strategi pengembangan sumber daya geotermal untuk penyediaan listrik di wilayah Indonesia Timur. Strategi pengembangan yang digunakan adalah pengembangan unit skala kecil pembangkit secara bertahap dan dalam skala besar. Pengembangan unit skala kecil akan menggunakan tipe pembangkit listrik wellhead sedangkan pengembangan unit skala besar menggunakan tipe pembangkit central. Tipe pembangkit wellhead dapat digunakan hanya dari satu sumur produksi dan tipe pembangkit central membutuhkan lebih dari satu sumur produksi. Hipotesis produksi tiap sumur yang digunakan sebesar 5 MW. Terdapat tiga strategi pengembangan yang akan dikaji kelayakan penerapannya yaitu pengembangan 5x5 MW, pengembangan 2x5 MW + 1x15 MW, dan pengembangan 1x25 MW. Indikator keekonomian yang digunakan dalam mengkaji kelayakan strategi pengembangan adalah Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Disamping menggunakan indikator keekonomian untuk melihat kelayakan dari sudut pandang pengembang proyek (selaku seller) juga dilihat dari sisi harga listrik yang bisa dibeli oleh PLN sesuai dengan peraturan karena adanya peraturan harga maksimum yang bisa dibeli. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada setiap penambahan unit kecil secara bertahap harga jual listrik akan turun karena pembiayaan unit baru tidak sebesar biaya pembangunan unit di awal. Jika IRR 16% dianggap memenuhi keinginan pengembang geotermal di Indonesia maka harga jual listrik strategi 5x5 MW adalah 19,0 UScent/kWh, 2x5 MW + 1x15 MW adalah 19,7 UScent/kWh dan 1x25 MW adalah 14,8 UScent/kWh. Perhitungan efisiensi harga menyimpulkan kelayakan tiap strategi pengembangan di wilayah Indonesia Timur berdasarkan harga beli listrik maksimal 20 UScent/kWh. Pengembangan unit kecil secara bertahap layak diterapkan dengan mengimbangi perkembangan pembangunan infrastruktur listrik seiring naiknya demand. Awal pengembangan unit skala besar kurang sesuai diterapkan di Indonesia Timur mengingat belum memadai infrastruktur kelistrikkan yang ada. Penambahan unit skala besar dimaksudkan untuk menyesuaikan terhadap kenaikkan demand yang tinggi setelah daerah dialiri listrik.