digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2011_TA_PP_LUCKY_HAPSARI_SOEBIYANTO_1-COVER.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

2011_TA_PP_LUCKY_HAPSARI_SOEBIYANTO_1-BAB1.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

2011_TA_PP_LUCKY_HAPSARI_SOEBIYANTO_1-BAB2.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

2011_TA_PP_LUCKY_HAPSARI_SOEBIYANTO_1-BAB3.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

2011_TA_PP_LUCKY_HAPSARI_SOEBIYANTO_1-BAB4.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

2011_TA_PP_LUCKY_HAPSARI_SOEBIYANTO_1-BAB5.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan


Ion logam berat dikenal sebagai salah satu komponen pencemar air yang berbahaya. Batas toleransi tubuh manusia yang relatif rendah membuat kadar logam berat menjadi parameter utama dalam menentukan kelayakan air untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk keperluan tersebut dilakukan berbagai penelitian untuk menemukan metoda yang mudah dan murah dalam menentukan kadar ion logam berat. Sensor optik merupakan salah satu dari metode yang saat ini sedang berkembang. Dalam penelitian ini dapat dibuat lapisan perangkap sol- gel dari Tetraethylorthosilicate (TEOS). 1,5 dyphenilcarbazide (1,5-DPC) dipilih sebagai ligan pengikat Cr(VI). Reaksi dalam suasana asam menghasilkan perubahan warna pada lapisan sensor menjadi ungu yang khas dan memiliki serapan maksimum di panjang gelombang 541 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan warna yang terjadi akibat keberadaan Cr(VI) sebanding dengan konsentrasi, sehingga metoda dapat digunakan sebagai dasar analisis kuantitatif. Aplikasi metoda terhadap pengukuran sampel berupa air sungai Cidurian menghasilkan % perolehan kembali sebesar 98,077% - 102,145% dan nilai kepekaan 0,0624 ppm dengan kadar Cr(VI) sebanyak 1,374 ppm. Dengan pencucian menggunakan asam nitrat, Cr(VI) dapat dilepaskan menghasilkan sensor optik yang reusable.