2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-COVER.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-BAB1.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-BAB2.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-BAB3.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-BAB4.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-BAB5.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_RIZKI_FITRIANI_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan
Kajian fitokimia telah dilakukan sejak lama karena adanya kandungan metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas penting bagi manusia. Salah satu genus tumbuhan yang potensial untuk diteliti adalah Morus dari famili Moraceae yang dilaporkan mengandung senyawa golongan fenolik, terutama flavonoid, stilbenoid, 2-arilbenzofuran, dan adduct Diels-Alder, maupun senyawa golongan non-fenolik, seperti terpenoid dan steroid. Beberapa metabolit sekunder tersebut menunjukkan bioaktivitas yang penting dan beragam, seperti antitumor, antihipertensi, antimikrobial, antiinflamasi, dan antivirus. Umumnya studi terhadap senyawa alam ini diawali proses isolasi terhadap tumbuhan alami ataupun terhadap hasil kultur jaringan. Keunikan tumbuhan Morus yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan yaitu mampu menghasilkan
, terutama, senyawa fenolik yang lebih kompleks dan tidak banyak ditemukan pada tumbuhan alaminya, yaitu senyawa adduct Diels-Alder. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan
karakterisasi metabolit sekunder kultur akar Morus shalun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi kandungan metabolit sekunder dari kultur akar Morus shalun untuk
pertama kalinya. Kultur akar ditumbuhkan dalam media cair MS (Murashige-Skoog) dengan penambahan hormon IBA (Indole 3-Butiric Acid) 1 ppm. Perbanyakan kultur akar dilakukan dengan subkultur setelah berusia 4 atau 5 minggu selama ±5 bulan. Isolasi dilakukan terhadap
media cair (±7 L) yang diekstraksi dengan etil asetat (EtOAc) (± 5 L dengan pemakaian berulang). Fasa organik (EtOAc) yang diperoleh diuapkan dengan tekanan rendah (evaporasi)
sehingga didapatkan ekstrak EtOAc kering seberat 4,2 g. Isolasi dan pemurnian dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi, seperti kromatografi cair vakum (KCV),
kromatografi kolom gravitasi (KKG), kromatografi kolom sepadhex LH-20, dan kromatografi radial (KR) menghasilkan tiga senyawa murni. Karakterisasi dengan menggunakan data spektroskopi NMR (spektrum 1D-NMR dan 2D-NMR) menunjukkan bahwa ketiganya
merupakan senyawa turunan adduct Diels-Alder, yaitu kuwanon J, guangsangon E, dan calkomorasin yang memiliki sitotoksisitas terhadap sel murine leukemia P-388 dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 5,9 ?g/mL, 2,5 ?g/mL, dan 1,7 ?g/mL.