digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Beberapa dari jenis organoklorin telah dilarang penggunaannya seperti DDT, aldrin, dieldrin, heptaklor dan endosulfan. Paparan kronis organoklorin pada manusia melalui rantai makanan dapat menyebabkan akumulasi di dalam tubuh yaitu pada jaringan yang mengandung banyak lipid seperti jaringan adiposa dan air susu ibu (ASI). Secara khusus, anak sangat rentan terhadap paparan organoklorin pada tahap sebelum dan setelah lahir. Berbagai efek yang merugikan kesehatan dapat terjadi, antara lain dampak jangka panjang pada fungsi intelektual dan efek tertunda pada fungsi sistem saraf pusat. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung risiko kesehatan anak, khususnya bayi, yang mengonsumsi ASI yang mengandung residu organoklorin. Penelitian analisis risiko ini dilakukan di Desa Sukapura, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Dari total 295 ibu menyusui, responden yang diikutkan dalam penelitian adalah 30 orang dengan kriteria tertentu. Pengukuran konsentrasi akumulasi organoklorin di dalam ASI dilakukan sesuai dengan metode EPA 8081B yaitu menggunakan Gas Chromatograph – Electron Capture Donor (GC-ECD). Dari 30 sampel ASI, 28 sampel ASI mengandung organoklorin jenis lindan, aldrin, heptaklor, DDT, dieldrin, endrin dan endosulfan. 10 sampel ASI diantaranya memiliki nilai HI > 1 yang menyatakan bahwa ASI tersebut berpotensi membahayakan kesehatan anak, dimana 6 diantaranya merupakan sampel ASI dari ibu menyusui anak ke-1 (primipara) dan 4 merupakan sampel ASI dari ibu menyusui anak ke-2 (multipara). Nilai HI tertinggi untuk kelompok primipara adalah 4,691 sedangkan untuk kelompok multipara adalah 1,965.