Beberapa dari jenis organoklorin telah dilarang penggunaannya seperti DDT,
aldrin, dieldrin, heptaklor dan endosulfan. Paparan kronis organoklorin pada
manusia melalui rantai makanan dapat menyebabkan akumulasi di dalam tubuh
yaitu pada jaringan yang mengandung banyak lipid seperti jaringan adiposa dan
air susu ibu (ASI). Secara khusus, anak sangat rentan terhadap paparan
organoklorin pada tahap sebelum dan setelah lahir. Berbagai efek yang merugikan
kesehatan dapat terjadi, antara lain dampak jangka panjang pada fungsi intelektual
dan efek tertunda pada fungsi sistem saraf pusat. Tujuan dari penelitian ini adalah
menghitung risiko kesehatan anak, khususnya bayi, yang mengonsumsi ASI yang
mengandung residu organoklorin. Penelitian analisis risiko ini dilakukan di Desa
Sukapura, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Dari total 295 ibu
menyusui, responden yang diikutkan dalam penelitian adalah 30 orang dengan
kriteria tertentu. Pengukuran konsentrasi akumulasi organoklorin di dalam ASI
dilakukan sesuai dengan metode EPA 8081B yaitu menggunakan Gas
Chromatograph – Electron Capture Donor (GC-ECD). Dari 30 sampel ASI, 28
sampel ASI mengandung organoklorin jenis lindan, aldrin, heptaklor, DDT,
dieldrin, endrin dan endosulfan. 10 sampel ASI diantaranya memiliki nilai HI > 1
yang menyatakan bahwa ASI tersebut berpotensi membahayakan kesehatan anak,
dimana 6 diantaranya merupakan sampel ASI dari ibu menyusui anak ke-1
(primipara) dan 4 merupakan sampel ASI dari ibu menyusui anak ke-2
(multipara). Nilai HI tertinggi untuk kelompok primipara adalah 4,691 sedangkan
untuk kelompok multipara adalah 1,965.