OJ 287 merupakan blazar terang yang cukup intensif diteliti secara khusus sejak tahun 1980-an dan diketahui mengalami beberapa kali outburst optik. Dengan karakter outburst optik antara lain outburst terkonfirmasi periodik selama ~12 tahun, ada puncak ganda utama dalam satu masa outburst, dan OJ 287 tidak mengalami variabilitas warna. Dari beberapa model yang diajukan, model yang masih bertahan adalah blazar dengan binary Supermassive Black Holes (SMBHs) di pusatnya. Model tersebut adalah SMBH minor memiliki orbit elips yang memotong piringan akresi SMBH mayor. Dari model tersebut dapat dijelaskan mekanisme pembangkitan energi superflare (profil puncak ganda utama) dari radiasi bremsstrahlung. Sementara profil puncak lain dalam outburst dijelaskan sebagai radiasi non-termal. Maka, selain pada optik studi pada UV dan sinar-X juga perlu dilakukan untuk lebih memahami prilaku OJ 287 pada energi yang lebih tinggi.
Dalam penelitian ini, dilakukan investigasi prilaku kurva cahaya dan spektrum OJ 287 pada multiwavelength (optik, UV dan sinar-X) selama 2005 – 2017. Data diperoleh dari Swift/UVOT dan Swift/XRT. Hasilnya, terkonfirmasi superflare kedua untuk dekade 2001 – 2010 terjadi pada Oktober – Desember 2007. Sementara superflare pertama untuk dekade 2011 – 2020 terjadi pada Oktober 2016 – Januari 2017. Spektrum sinar-X dianalisis pada rentang energi 0,3 – 10 keV. Secara umum, model power law merupakan model terbaik untuk spektrum sinar-X OJ 287 dengan nilai indeks foton, Γ, variabel. Variabilitas nilai Γ tersebut bersesuaian model inverse compton (Γ ~1 – 2,5), kecuali untuk superflare 2016 – 2017, bernilai Γ ~ 2,6, yang lebih sesuai dengan model sinkrotron. Dalam pemodelan multiwavelength, spektrum OJ 287 pada rentang optik – sinar-X menunjukkan adanya variabilitas dengan model power law+power law dan bremsstrahlung+power law yang memberikan indikasi kombinasi sumber radiasi pada optik – UV dari proses non-termal dan termal. Terindikasi komponen spektrum OJ 287 mengalami pergeseran komponen inverse compton ke arah energi lebih rendah pada saat terjadi superflare 2016-2017.