digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cara pelaporan dan pengumpulan data irigasi dari seluruh daerah irigasi yang dilakukan saat ini menggunakan blangko operasi irigasi sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 15/PRT/M/2015 tentang pedoman eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Pengisian blangko dilakukan secara manual pada blangko cetak terutama oleh pelaku operasi irigasi pada tingkat mantri/juru dan ranting/pengamat. Proses distribusi blangko-blangko yang sudah diakuisisi dilakukan secara berjenjang kepada pengelola lainnya. Proses pelaporan ini memerlukan waktu, lebih sulit dianalisa dan lebih sulit dirunut, sehingga pengambilan keputusan pembagian air juga lebih sulit dialakukan. Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) merupakan sebuah sistem operasional irigasi yang dikembangkan oleh Balai Irigasi. Sistem ini merupakan sebuah aplikasi operasional irigasi berbasis website yang mengedepankan konsep paperless atau menggantikan peran kertas dalam operasional irigasi. Teknologi SMOI ini didesain untuk mampu melakukan pengiriman data operasional irigasi secara otomatis dengan memanfaatkan jaringan komunikasi layanan internet. Aplikasi pelaporan operasi irigasi ini diharapkan mampu dan cukup efektif mendukung operasi irigasi sehingga pembagian air irigasi dapat dilakukan secara efisien, serta mendukung konsep modernisasi irigasi khususnya sistem operasi pada pilar pengelolaan irigasi. Namun demikian, teknologi SMOI ini belum teruji pada aplikasi skala lapangan terutama pada aplikasi di daerah irigasi lintas kabupaten. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis efektivitas pelaporan SMOI dalam upaya membantu mempercepat proses pelaporan dan komunikasi antara petani pengguna air, petugas di lapangan dan instansi pemerintah yang menangani irigasi di Daerah Irigasi Bondoyudo, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan cara uji aplikasi sistem manajemen operasi irigasi (SMOI) di Daerah Irigasi Bondoyudo, selanjutnya dilakukan analisis kinerja dan analisis keberterimaan ditingkat pengguna. Analisis kinerja SMOI difokuskan pada parameter keakuratan perhitungan, efektivitas pelaporan dan ketepatan pemberian air sebagai dampak dari aplikasi SMOI. Sedangkan keberterimaan SMOI ditingkat pengguna dianalisis dengan pendekatan TAM (Teknology Acceptance Model). Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap alternatif pengelolaan irigasi terutama dalam sistem manajemen operasi irigasi di Daerah Irigasi Bondoyudo. Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses perhitungan, pengambilan dan saling keterkaitan data antar blangko operasi irigasi pada model SMOI cukup akurat. Aplikasi Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI) di Dearah Irigasi Bondoyudo secara umum dapat mempercepat proses pelaporan operasi irigasi dibanding pelapoan secara manual, baik pada tahap perencanaan (dari 43 jam menjadi 24.5 jam), pelaksanaan (dari 40 jam menjadi 16 jam) maupun pada tahap pelaporan (dari 45 jam menjadi 27 jam). Bedasarkan hasil simulasi ketepatan pemberian air, diketahui bahwa pemberian air SMOI dapat meningkatkan akurasi pemberian air terhadap prediksi kebutuhan air irigasi sebesar 36.5%. Sedangkan terhadap kebutuhan air irigasi aktual, pemberian air SMOI belum terlihat meningkatkan akurasi pemberian air, hal ini disebabkan evaluasi kebutuhan air pada blangko 05-O model SMOI belum diperhitungkan berdasarkan perkembangan klimatologi aktual. Hasil analisa Delivery Perfomance Rasio (DPR) diketahui bahwa pemberian air SMOI (3 harian) dan pemberian air 10 harian dikategorikan berlebih terhadap kebutuhan air irigasi aktual dengan nilai rata-rata DPR sebesar 2.01. Hasil analisa statistik terhadap data tingkat keberterimaan aplikasi SMOI di Daerah Irigasi Bondoyudo menunjukkan variabel kemudahan memiliki pengaruh terhadap Sikap pengguna SMOI dimana mendapat dukungan sebesar 80,4% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,790. Variabel manfaat memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Sikap pengguna SMOI dimana mendapat dukungan sebesar 92,2% responden menjawab setuju serta memiliki tingkat signifikansi 0,044. Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem manajemen operasi irigasi (SMOI) dari sisi manfaat lebih mempengaruhi untuk dipakai pengelola irigasi dibandingkan dari sisi kemudahan.