digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tumbuhan memiliki peranan penting dalam ekosistem, salah satunya adalah sebagai pembersih atmosfer dengan menyerap partikel dan gas. Tumbuhan akan merespon kondisi tersebut secara fisiologis dan berdampak pada perubahan senyawa kimia di dalamnya, seperti kandungan asam askorbat, kandungan klorofil, pH, dan kadar air relatif. Namun, saat ini belum diketahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari perubahan kualitas udara pada tumbuhan di kawasan Bandung Raya. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak dari polutan NO2, SO2 dan O3 di udara pada tumbuhan tingkat tinggi, yaitu pada pohon mahoni (Swietenia macrophylla) yang berada di kawasan Bandung Raya. Penelitian dilakukan di kawasan Bandung Raya secara spasial pada empat tipe pemanfaatan lahan yang berbeda, yaitu perumahan, industri, transportasi, dan area konservasi. Monitoring udara dilakukan secara manual dengan menggunakan metode pasif sampling. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan metode chi-square danOne-way ANOVA dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui korelasi antar parameter dan analisis spasial dilakukan dengan menggunakan ArcGIS 10.3. Hasil pengukuran dari parameter APTI menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan pada kandungan air, pH dan total klorofil di masing-masing fungsi lahan, namun berbeda signifikan untuk asam askorbat (F = 10,602; p= 0,000 Tukey post-hoc test p = 0,000 untuk area konservasi dan transportasi; p= 0,001 untuk area konservasi dan pemukiman; p= 0,003 untuk area konservasi dan industri). Nilai critical level digunakan untuk menentukan potensi dampak dari kualitas udara terhadap ekosistem/tumbuhan/hutan di Eropa. Standar ini digunakan dalam penelitian karena tidak tersedianya data tersebut di Indonesia. Walaupun konsentrasi NO2 hasil pengukuran menunjukkan nilai dibawah batas standar, namun berdasarkan uji chi-square ditemukan bahwa konsentrasi NO2 yang tinggi berasosiasi signifikan terhadap rendahnya kandungan asam askorbat pada daun (Asymp.sig = 0,017; r = -0,666; p=0,002). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan polutan NO2 dapat memicu perubahan fisiologis pada tumbuhan mahoni walaupun simpton negatif yang ditimbulkan tidak terlihat secara fisik.