digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TA PP AZKA DEVINA 1.pdf
Terbatas  Saipul Aripin
» Gedung UPT Perpustakaan

Budayawan dan akademisi Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia DEA menyatakan, kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budayanya sangat kurang, dan salah satu warisan budaya Sunda adalah dongeng. Perubahan masyarakat Sunda menyebabkan kakek atau nenek semakin jarang mendongeng, dan anak-anaknya lebih tertarik pada media lain, seperti siaran televisi, atau kini, internet. Menurut sastrawan Sunda H. Usep Romli, mendongeng memiliki nilai pendidikan, dan selalu menyampaikan nilai moral. Connie Malamed menyatakan bahwa cerita bisa menjadi cara untuk ‘mengetuk’ hati pendengarnya, memberikan jalan untuk memberikan pesan yang lebih dalam berdasarkan emosi. Amin Syamsuddin Makmun menyatakan bahwa reaksi emosional pada remaja cepat berubah-ubah, dan salah satu literatur yang digemari remaja adalah yang mengandung unsur fantastik. Tujuan perancangan buku ini adalah untuk menciptakan buku dongeng yang cocok untuk remaja. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif-deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, mewawancarai narasumber, dan penyebaran kuesioner. Teknik analisis dilakukan dengan cara analisis teks. Sebagai hasilnya, diketahui bahwa naskah Sunda untuk anak sangat kurang, padahal peluangnya cukup besar. Sebagian besar remaja SMP masih didongengkan oleh orangtuanya, masih menyukai dongeng Sunda, dan familiar dengan dongen Si Kabayan dan Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet.