digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Urban Heat Island biasanya disebabkan oleh Land use Land-Cover Changes (LULCC), termasuk di Jakarta-Indonesia. Pembangunan pesat di Jakarta menyebabkan ruang terbuka hijau semakin berkurang dan meningkatkan temperatur permukaan di daerah perkotaan. Selain itu, Urban Heat Island juga mempengaruhi persebaran polutan akibat meningkatnya turbulensi. Jika temperatur tak sesuai dan perputaran angin tidak lancar, maka polutan dapat terjebak lebih lama di udara lokal, dan membahayakan penduduk kota. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari keterkaitan antara kenaikan temperatur di DKI Jakarta (Urban Heat Island) yang dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan terhadap persebaran polutan pencemar seperti NO2, PM10, and O3. Penelitian ini diawali dengan pengolahan data observasi temperatur rata-rata wilayah DKI Jakarta (empat stasiun pengamatan) dengan stasiun Meteorologi Tangerang, Banten untuk perhitungan secara spasial dari tahun 2011-2016. Selain itu, juga diolah data citra satelit LANDSAT 8 untuk tutupan lahan dan temperatur secara spasial dengan software Penginderaan Jauh dari tahun 2013-201. Selanjutnya dicari keterkaitan antara perubahan tata guna lahan dengan Urban Heat Island. Hasilnya, pada tahun 2013 dan 2015 terdapat pengurangan luas wilayah vegetasi yang berubah menjadi non vegetasi (wilayah pemukiman dan industri) yang mempengaruhi temperatur wilayah DKI Jakarta semakin meningkat. Setelah itu, dicari keterkaitan antara Urban Heat Island dan persebaran konsentrasi polutan di DKI Jakarta pada tahun 2013 dan 2015. Hasilnya, kenaikan temperatur wilayah DKI Jakarta, terutama pada wilayah pengamatan pencemar di lima titik mempengaruhi persebaran konsentrasi polutan pencemar NO2, O3, dan PM10 sesuai waktu dan lokasi pengamatan serta peruntukkan wilayah seperti untuk roadside, industri, pemukiman dan wilayah lainnya di DKI Jakarta.