Produksi tambang terbuka Grasberg secara bertahap akan melambat dan berhenti pada tahun 2018. PT.
Freeport Indonesia (PTFI) memulai program Grasberg Transition sebagai bagian dari strategi jangka panjang
untuk mengalihkan model operasinya dari tambang terbuka ke operasi tambang bawah tanah. Selama masa
transisi, semua tambang bawah tanah diharapkan dapat mencapai target produksinya untuk mendukung
kekurangan bijih tambang Grasberg (saat ini menyumbang 70% dari total produksi PTFI). Pada 2016,
tambang DOZ Underground (UG DOZ) direncanakan memberikan kontribusi sebesar 12%. Namun, target
produksi tidak dapat tercapai dengan rata-rata variansi sebesar 2,15% (5.379 ton per hari). Hal ini merupakan
kondisi serius bagi PTFI, karena penurunan produksi berpotensi menyebabkan defisit bijih selama masa
transisi.
Salah satu prakarsa yang diusulkan sehubungan dengan permasalahan tersebut adalah analisis dan studi
peralatan Automatic Loader sebagai peralatan utama dalam operasi UG DOZ. Penelitian dilakukan dengan
menganalisis jam penggunaan peralatan untuk mengukur efektivitas operasi Automatic Loader saat ini
melalui proses analisis berdasarkan data, mengidentifikasi isu dan inefisiensi, analisis akar penyebab dari
aspek manusia, proses dan teknologi. Tujuan utamanya adalah memberikan rekomendasi solusi terbaik untuk
meningkatkan produktivitas peralatan Automatic Loader di UG DOZ dan mengidentifikasi peluang perbaikan
lainnya untuk mempertahankan pencapaian target produksi di masa depan.
Metodologi yang digunakan adalah Six Sigma dengan DMAIC sebagai alat bantu yang paling sering
digunakan dalam model perbaikan kinerja sederhana dari proses bisnis yang saat ini sudah ada. Analisis akar
penyebab dan analisis solusi menghasilkan delapan inisiatif yang diusulkan yaitu peningkatan komunikasi &
koordinasi, implementasi sistem alur kerja & penugasan, peningkatan kompetensi melalui pelatihan, sistem
penghargaan & hukuman, analisis downtime, memanfaatkan kemampuan system Minestar, memanfaatkan
sistem pelacakan MST dan menambahkan peralatan loader.
Implementasi dibagi menjadi tiga tahap dengan perkiraan waktu eksekusi dalam tiga kuartal yang melibatkan
beberapa pihak seperti Tim Produksi, Tim Engineering, MIS, dll. Hasil perbaikan tersebut diperkirakan akan
meningkatkan produktivitas peralatan Automatic Loader melalui pengurangan pemakaian jam tidak produktif
hingga 14,16% dari keseluruhan jam tidak produktif atau 8,64% dari total jam produksi selama tahun 2016.
Hasil analisis menunjukkan bahwa target produksi yang tidak tercapai pada tahun 2016 berpotensi
dipecahkan melalui usulan perbaikan dengan potensi penambahan produksi bijih dari pengurangan jam tidak
produktif mencapai 5.387,12 ton per hari (1.966.299,30 per tahun) atau setara dengan $ 26,387,737.
Dengan perkiraan kebutuhan biaya sebesar $ 660.000, manfaat bersih yang di hasilkan diperkirakan
mencapai $ 25,727,737. Jumlah manfaat ini lebih besar dari kerugian produksi yang disebabkan oleh target
produksi yang tidak dapat diraih selama 2016 di UG DOZ yang mencapai nilai $ 25,626,094.