Hingga tahun 2010, Kecamatan Rancaekek dan Cicalengka memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 34,38 jiwa/Ha. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2007-2027, Kecamatan Rancaekek dan Cicalengka yang sebelumnya didominasi oleh persawahan akan dikembangkan menjadi kawasan permukiman, serta industri' perdagangan, dan pariwisata. Dengan keadaan tersebut, dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk di kedua kecamatan ini akan mengalami peningkatan yang sangat pesat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut tentunya harus disertai dengan peningkatan kualitas hidup serta sanitasi lingkungan yang memadai. Sistem Penyaluran Air Buangan merupakan salah satu sarana pendukung yang penting untuk membantu terciptanya kondisi sanitasi lingkunga yang baik demi terciptanya masyarakat yang sehat dan produktif. Pada tahun 2010, hanya 28,53% dari penduduk Kecamatan Rancaekek dan Cicalengka yang menggunakan tangki septik dalam pengolahan
air buangannya, padahal kedua kecamatan ini belum dilayani oleh sistem penyaluran air buangan
secara terpusat (off-site). Berdasarkan kondisi eksisting, Kecamatan Rancaekek dan Cicalengka
memiliki permeabilitas tanah yang rendah, serta kondisi topografi yang bervariasi. Sistem yang paling
tepat digunakan untuk daerah eksisting adalah sistem terpusat menggunakan sistem konvensional.
Penentuan jalur pengaliran dilakukan dengan membandingkan tiga buah alternatif jalur dengan pola
penyaluran yang berbeda. Ketiga alternatif jalur tersebut kemudian diseleksi berdasarkan metode
pembobotan faktor potensial yang dianggap paling mempengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan untuk masing-masing alternatif. Faktor-faktor potensial tersebut adalah panjang pipa total,
waktu alir, stasiun pompa, jumlah manhole, dan jumlah perlintasan dengan sungai dan rel kereta api.
Alternatif jalur yang memiliki bobot paling tinggi dan paling sesuai dengan kondisi eksisting
kemudian dipilih untuk diterapkan pada pembangunan sistem penyaluran air buangan di daerah
tersebut, lalu ditentukan detail desainnya.