Biokorosi merupakan proses deteriorasi material logam yang diinduksi oleh
pembentukan biofilm dan umum terjadi pada pipa perminyakan. Antimikroba sintetik
secara umum telah digunakan untuk mengatasi korosi namun memiliki efek toksik
terhadap lingkungan. Biosurfaktan yang bersifat ramah lingkungan dapat dikembangkan
untuk mengantikan antimikroba sintetik tersebut dalam menghambat pembentukan dan
mengeradikasi biofilm. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penapisan
biosurfaktan dari bakteri indigen sumur minyak bumi yang memiliki kemampuan antibiofilm.
Di samping itu dilakukan penentuan nilai minimum inhibitory concentration
(MIC), minimum biofilm inhibitory concentration (MBIC), dan minimum biofilm
eradication concentration (MBEC), serta pengaruhnya terhadap komunitas bakteri
pembentuk biofilm. Penapisan biosurfaktan dengan kemampuan anti-biofilm dilakukan
dengan metode broth microdillution. MIC ditentukan dengan metode angka lempeng
total (ALT), sementara MBIC dan MBEC ditentukan berdasarkan penurunan berat
basah biofilm pada plat logam. Analisis pengaruh biosurfaktan terhadap dinamika
komunitas bakteri pembentuk biofilm Pseudomonas sp 1., Pseudomonas sp 2., dan
Panonnibacter prhagmitetus dilakukan dengan metode ALT. Dari 8 biosurfaktan yang
diuji, biosurfaktan F7 terpilih pada tahap penapisan dengan persen eradikasi biofilm
sebesar 80%. Nilai MIC, MBIC, dan MBEC biosurfaktan terhadap komunitas bakteri
pembentuk biofilm secara berurutan adalah 62,5 μg/mL , 31,25 μg/mL, dan 500μg/mL.
Pada penelitian ini, Pseudomonas sp 2. merupakan isolat paling rentan pada fase
planktonik dan tahap pengeradikasian biofilm, sedangkan Pseudomonas sp 1. pada fase
pembentukan biofilm. Sementara itu P. prhagmitetus resisten baik pada fase planktonik
dan pembentukan biofilm. Pada penelitian ini juga menunjukan hasil bahwa
biosurfaktan lebih baik dalam menginhibisi pembentukan biofilm dibandingkan
menghambat pertumbuhan sel bakteri pembentuk biofilm pada fase planktonik.