digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Biokorosi merupakan proses deteriorasi material logam yang diinduksi oleh pembentukan biofilm dan umum terjadi pada pipa perminyakan. Antimikroba sintetik secara umum telah digunakan untuk mengatasi korosi namun memiliki efek toksik terhadap lingkungan. Biosurfaktan yang bersifat ramah lingkungan dapat dikembangkan untuk mengantikan antimikroba sintetik tersebut dalam menghambat pembentukan dan mengeradikasi biofilm. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penapisan biosurfaktan dari bakteri indigen sumur minyak bumi yang memiliki kemampuan antibiofilm. Di samping itu dilakukan penentuan nilai minimum inhibitory concentration (MIC), minimum biofilm inhibitory concentration (MBIC), dan minimum biofilm eradication concentration (MBEC), serta pengaruhnya terhadap komunitas bakteri pembentuk biofilm. Penapisan biosurfaktan dengan kemampuan anti-biofilm dilakukan dengan metode broth microdillution. MIC ditentukan dengan metode angka lempeng total (ALT), sementara MBIC dan MBEC ditentukan berdasarkan penurunan berat basah biofilm pada plat logam. Analisis pengaruh biosurfaktan terhadap dinamika komunitas bakteri pembentuk biofilm Pseudomonas sp 1., Pseudomonas sp 2., dan Panonnibacter prhagmitetus dilakukan dengan metode ALT. Dari 8 biosurfaktan yang diuji, biosurfaktan F7 terpilih pada tahap penapisan dengan persen eradikasi biofilm sebesar 80%. Nilai MIC, MBIC, dan MBEC biosurfaktan terhadap komunitas bakteri pembentuk biofilm secara berurutan adalah 62,5 μg/mL , 31,25 μg/mL, dan 500μg/mL. Pada penelitian ini, Pseudomonas sp 2. merupakan isolat paling rentan pada fase planktonik dan tahap pengeradikasian biofilm, sedangkan Pseudomonas sp 1. pada fase pembentukan biofilm. Sementara itu P. prhagmitetus resisten baik pada fase planktonik dan pembentukan biofilm. Pada penelitian ini juga menunjukan hasil bahwa biosurfaktan lebih baik dalam menginhibisi pembentukan biofilm dibandingkan menghambat pertumbuhan sel bakteri pembentuk biofilm pada fase planktonik.