digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Wilayah Metropolitan Bandung Raya (MBR) diketahui mengalami desentralisasi perkotaan sejak tahun 1990 dalam bentuk bergesernya pertumbuhan populasi yang pesat dari kota inti ke kawasan pinggiran. Desentralisasi perkotaan itu sendiri terdiri dari dua jenis; dekonsentrasi perkotaan dan suburbanisasi. Dekonsentrasi perkotaan termanifestasi antara lain dalam bentuk dekonsentrasi industri. Sedangkan suburbanisasi dewasa ini telah melebar hingga meliputi kawasan yang semula perdesaan. Fungsi urban yang meluas ke kawasan perdesaan akan memicu peri-urbanisasi dan di antara fungsi tersebut adalah pekerjaan sektor industri. Berkaitan dengan itu, penelitian ini berusaha untuk: (a) Menyelidiki apakah di wilayah MBR terjadi gejala dekonsentrasi industri, dengan menganalisis indikator-indikator perubahan kontribusi dari kota inti dan kawasan pinggiran serta mengidentifikasi struktur ruang MBR sebagai implikasi dari persebaran konsentrasi industri; (b) Menelaah perkembangan kawasan peri-urban melalui analisis terhadap indikator-indikator pertumbuhan karakteristik perkotaan di kawasan pinggiran dan dukungan kebijakan terhadap proses peri-urbanisasi; dan (c) Menyelidiki apakah proses pertumbuhan konsentrasi industri di kawasan pinggiran berkesesuaian dengan proses perkembangan peri-urbanisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: perindustrian di MBR cenderung mengalami gejala dekonsentrasi; perkembangan karakteristik perkotaan di kawasan pinggiran cenderung menunjukkan terjadinya peri-urbanisasi; proses pertumbuhan konsentrasi industri di kawasan pinggiran MBR berbanding positif dengan proses perkembangan karakteristik perkotaan; lokasi subpusat-subpusat industri baru di kawasan pinggiran sesuai dengan lokasi di mana karakteristik perkotaan berkembang lebih intensif. Sedangkan dukungan kebijakan pada peri-urbanisasi mempunyai kesesuaian yang rendah dengan pola persebaran industri di kawasan pinggiran.