digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Nanoselulosa adalah biopolimer yang tengah berkembang di dunia karena sifatnya yang dapat diperbaharui, dapat didegradasi, dan memiliki karakteristik fisika yang unggul. Nanoselulosa bisa didapatkan dari alga, bakteri, dan biomassa lignoselulosa. Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar ke-2 di dunia menghasilkan biomassa lignoselulosa berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dalam jumlah besar yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku nanoselulosa. Meskipun dapat dibuat secara fisika maupun kimia, pembuatan nanoselulosa secara enzimatis bersifat ramah lingkungan, hemat energi, dan efisien sehingga baik untuk dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memproduksi nanoselulosa secara enzimatis dengan variabel berupa jumlah enzim dan waktu inkubasi. Metode yang dilakukan terdiri atas delignifikasi dan pembuatan nanoselulosa. Pada proses delignifikasi, TKKS diberi medium tumbuh dan diinokulasikan jamur Marasmius sp., kemudian diinkubasi selama 28 hari. Setelah itu TKKS hasil delignifikasi dibersihkan dari Marasmius sp., dan dikeringkan. Pembuatan nanoselulosa dimulai dengan perlakuan awal berupa cryocrushing, selanjutnya pemberian enzim, dan perlakuan akhir berupa sonikasi. Pada pemberian enzim, TKKS halus disuspensikan dalam buffer Na-sitrat dan diberikan ekstrak kasar enzim selulase dari Trichoderma sp. sebanyak 50%, 100%, dan 200% (v/w). Setelah itu TKKS diinkubasi pada suhu 50°C dan kecepatan agitasi 150 rpm selama 2, 3, dan 4 hari. Ukuran terbanyak nanoselulosa yang didapat pada waktu inkubasi 2, 3, dan 4 hari berdasarkan hasil uji ukuran partikel secara berurutan adalah sebagai berikut: 30, 717, dan 70 nm pada pemberian 50% (v/w) enzim; 94, 75, dan 635 nm pada pemberian 100% (v/w) enzim; 837, 51, dan 433 nm pada pemberian 200% (v/w) enzim. Yield dari nanoselulosa ditentukan dari jumlah partikel yang berukuran