Seni intermedia berawal sebagai sebuah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi praktik-praktik seni eksperimental yang melakukan penggabungan antar dua medium atau lebih. Penggunaan istilah seni intermedia sendiri sering dikaitkan dengan seniman maupun karya seni rupa Fluxus dan avant-garde di pertengahan 1960-an, istilah yang mewakili ranah praktik maupun karya seni dengan kecenderungan inovatif dan interdisipliner. Bersamaan dengan inovasi-inovasi sains dan teknologi yang secara konstan berkembang dan terglobalisasi, paham dan pengaplikasian intermedialitas dalam praktik berkesenian semakin terintegrasi dengan dinamika sains, teknologi dan kebudayaan.
Fenomena integrasi antara seni, sains dan teknologi terjadi hampir secara simultan di berbagai belahan dunia dan menciptakan pengaruh yang sangat signifikan, tidak hanya dalam dunia seni rupa, namun juga dalam konteks kebudayaan dunia. Berdasarkan fenomena ini, seni intermedia adalah salah satu disiplin ilmu yang yang dihasilkan dari reintegrasi seni dengan sains dan teknologi, setelah terjadi disintegrasi antara seni dan disiplin ilmu lainnya pada abad ke-19. Seni intermedia dapat dipahami dan dipelajari sebagai salah satu jembatan penghubung antara seni, sains dan teknologi.
Dalam kesempatan ini, seni intermedia akan diteliti lewat praktiknya di dalam institusi pendidikan seni rupa yang memiliki disiplin ilmu seni intermedia sebagai jalur minatnya. Penelitian ini akan menggunakan metodologi komparatif-kualitatif dalam studi perbandingan pendidikan seni intermedia tingkat sarjana di Institut Teknologi Bandung dan Tokyo University of the Arts. Kedua institusi ini telah diakui di negaranya maupun internasional, namun keterkaitan utama diantaranya adalah fakta bahwa Tokyo University of The Arts adalah institusi pertama di Asia yang mendirikan Departemen Seni Intermedia pada tahun 1999, sementara Institut Teknologi Bandung adalah institusi pertama di Asia Tenggara yang mendirikan Seni Intermedia sebagai salah satu jalur minat pada tahun 2007.
Di luar kesamaannya sebagai visioner pendidikan seni intermedia di negaranya masing-masing - sejarah, perkembangan, dan potensi seni intermedia di kedua institusi ini berada di tingkatan dan percepatan yang berbeda. Perbedaan ini ditemukan, dipahami dan dibandingkan melalui studi pustaka, observasi langsung dan wawancara. Penelusuran akan integrasi sains, teknologi dan budaya ini akan dihubungkan dengan kajian komprehensif akan kasus studi terhadap kepentingan kurikulum dan metode pengajaran dalam proyek tugas akhir mahasiswa seni intermedia.
Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan pengembangan seni intermedia di Institut Teknologi Bandung sebagai bagian dari kultur teknologi Indonesia, melalui studi banding dengan seni intermedia di Tokyo University of the Arts dan kultur teknologi Jepang.