digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sendratari Ramayana Prambanan dipentaskan di teater terbuka dan di teater Trimurti (teater tertutup). Gerakan tari dan iringan gamelan ketika pementasan dilakukan di teater terbuka dan di teater Trimurti sama namun untuk tata cahayanya ketika adegan Anoman Obong berbeda. Perbedaan tata cahaya tersebut menyebabkan perbedaan ketersampaian filosofi cerita dan lingkungan visual. Perbedaan pencahayaan terletak pada sumber cahaya, ketika pementasan di teater terbuka sumber cahaya menggunakan lampu dan api unggun sedangkan pada pementasan di teater Trimurti menggunakan lampu saja. Oleh karena itu dilakukan simulasi pencahayaan teater Trimurti ketika adegan Anoman Obong dengan menggunakan DIALux 4.10 untuk mendapatkan kemiripan pencahayaan dengan pementasan di teater terbuka. Untuk melakukan evaluasi kondisi pencahayaan aktual terhadap ketersampaian filosofi Ramayana maka dilakukan kuesioner terhadap penonton. Desain tata pencahayaan mendukung berbagai lingkungan visual dan ambience lighting pada adegan sendratari Ramayana serta memenuhi fungsi tata cahaya pada pertunjukan dengan menggunakan perpaduan pencahayaan khusus dan pencahayaan umum serta pemasangan luminer dengan arah dan fokus tertentu. Pada kuesioner akhir rancangan perbaikan desain pencahayaan teater Trimurti 60 % responden dari 20 orang setuju bahwa rancangan desain tata cahaya pada teater Trimurti yang diusulkan menggambarkan efek kebakaran secara realistis. 80% setuju bahwa desain yang diusulkan lebih bagus daripada kondisi aktual.