digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kepulauan Indonesia secara geografis merupakan tempat bertemunya tiga lempeng besar di bumi, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang menyebabkan perkembangan tektonik Indonesia sangat aktif sehingga menghasilkan lajur zona tunjaman yang memiliki dampak akan potensi bencana gunungapi. Terkait dengan erupsi gunungapi, salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah teknologi remote sensing. Gunung Guntur di Jawa Barat diajukan sebagai lokasi penelitian karena lokasinya berdekatan dengan pemukiman penduduk yang cukup padat dan meningkatnya pengembangan infrastruktur terutama yang berkaitan dengan pariwisata di sekitar daerah Garut. Data yang digunakan berbasiskan data remote sensing terdiri atas citra satelit optik berupa ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) Level-1A, Landsat 8 – OLI Onboard Operational Land Imager (OLI), ASTER GDEM sebagai input parameter bahaya produk vulkanik (piroklastik aliran, piroklastik jatuhan, lava dan lahar), kemiringan lereng, kecerahan temperature permukaan, dan indeks kerapatan vegetasi. Data berupa populasi densitas yang terdistribusi sesuai kawasan penduduk dan area terbangun pada peta tutupan lahan sebagai input parameter kerentanan, serta dilakukan wawancara , survey dan observasi lapangan dengan grid sampling sebagai input parameter kapasitas. Keseluruhan data tersebut diproyeksikan pada koordinat sistem WGS 1948 zona 49 S. Diperoleh rentang nilai indeks risiko . Diperoleh rentang nilai indeks risiko antara 0.04 – 0.5, dimana diidentifikasi sebagai zona indeks risiko tinggi sebesar 0.4 – 0.5, indeks risiko menengah sebesar 0.3 – 0.39, zonasi indeks risiko rendah 0.2 – 0.29, zona indeks risiko sangat rendah hingga tanpa risiko 0.04 – 0.19. Area yang memiliki nilai indeks risiko tinggi mempunyai arti area tersebut terpapar oleh nilai indeks bahaya yang tinggi, kondisi kerentanan yang tinggi dan kondisi kapasitas yang rendah.