digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tujuan dari survey geolistrik adalah untuk menentukan distribusi tahanan jenis di bawah permukaan tanah dengan melakukan pengukuran dari atas permukaan tanah. Beragam kondisi pada pengukuran metode geofisika berpengaruh pada hasil pengukuran, salah satunya adalah adanya tebing curam. Tempat penelitian dilakukan di goa Jepang, yang berada di Taman Hutan Rakyat Ir. H Juanda Bandung. Alasan memilih Goa Jepang sebagai tempat penelitian, karena dimensi, struktur dan kondisi geologinya sudah diketahui. Goa tersebut dijadikan benda anomali yang dianggap sebagai endapan sill. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 lintasan, dengan jarak a yang di gunakan adalah 5, 10 dan 15 m serta n = 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Lintasan pertama berjarak ±8 meter, dan lintasan 2 berjarak ±23 meter dari tebing. Pengolahan data hasil menggunakan Software Res2Dinv. Pemodelan yang dihasilkan pada lintasan 1, berjarak ±8m dari tebing dengan a = 5, 10 dan 15 m dan lintasan 2 yang berjarak ±23m dengan a = 15 m, menunjukkan bahwa model bentuk goa dipengaruhi tebing dikarenakan penetrasi kedalaman lebih besar dari jarak lintasan terhadap tebing yaitu 8,35 m, 17 m dan 25,5 m. Pengaruh dari tebing mengakibatkan aliran arus yang seharusnya membentuk setengah bola pada media yang homogen akan terbiaskan, sehingga akan mempengaruhi tahanan jenis lapisan secara keseluruhan. Udara yang mempunyai nilai tahanan jenis yang tak terhingga mengakibatkan nilai-nilai tahanan jenis meningkat sehingga akan menyebabkan ambiguitas atau kesalahan dalam penafsiran. Goa dapat terdeteksi pada lintasan 2 dengan a = 10 m, bentuk goa sesuai dengan kondisi aktual di lapangan dikarenakan jarak lintasan lebih besar dari nilai penetrasi kedalaman. Hal ini bisa diterapkan untuk mengindikasikan endapan sill dengan anomali yang terjadi yaitu nilai tahanan jenis yang sangat tinggi.