Migrasi merupakan proses untuk mereposisi reflektor sehingga berada pada posisi yang sebenarnya. Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan oleh efek difraksi yang terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu diskontinuitas, maupun akibat adanya reflektor miring. Salah satu metode migrasi adalah metode penjumlahan Kirchhoff. Kelebihan metoda ini adalah dapat meresolusi struktur dengan kemiringan yang curam, sedangkan salah satu kelemahannya adalah memiliki waktu komputasi yang lama. Penjumlahan amplitudo dilakukan sepanjang hiperbola difraksi. Hiperbola tersebut tidak selalu tepat pada titik sampling dari trace. Untuk itu diperlukan teknik interpolasi. Interpolasi yang digunakan adalah interpolasi linier atau interpolasi sinc. Kemudian dilakukan tapering cosinus, pembobotan, penjumlahan dan pergeseran fasa sebesar 45 derajat. Untuk mengatasi waktu komputasi yang lama, maka digunakan komputer cluster dengan aplikasi MPI (Message Passing Interface). Aplikasi ini dapat mengakses semua PC dalam cluster sehingga input data seismik dapat dibagi ke semua CPU dan proses migrasi dilakukan secara bersamaan, sehingga waktu komputasinya lebih cepat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan interpolasi sinc lebih baik dibandingkan dengan interpolasi linier, walaupun membutuhkan waktu komputasi yang lebih lama. Penggunaan tapering dapat memberikan hasil yang lebih baik terutama pada penggunaan interpolasi linier. Migrasi Kirchhoff dengan menggunakan interpolasi sinc dan tapering memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari ProMAX terutama untuk daerah dangkal (berfrekuensi tinggi). Kandungan frekuensi hasil migrasi dengan menggunakan interpolasi sinc lebih menyerupai data input yang digunakan.