digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kenaikan muka air laut untuk tahun 2013-2030 di Sumatera Selatan dihitung dari proyeksi kenaikan muka air laut dari model iklim global yang digunakan IPCC dengan SRES A1B, pengaruh pasang surut HHWL dan MHWL, pengaruh kejadian La-Niña terhadap elevasi muka laut, pengaruh gelombang badai terhadap elevasi muka laut, dan banjir tahunan yang melanda daerah penelitian. Pasang surut air laut adalah parameter yang sangat mempengaruhi variasi kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut yang dipengaruhi oleh MHWL mempunyai durasi maksimum 13 jam setiap bulan selama 4-5 hari saat kondisi spring tide dan hanya terjadi selama 1-3 jam setiap harinya. Kenaikan muka air laut yang dipengaruhi oleh HHWL mempunyai durasi maksimum 3 jam setiap bulan selama 2-3 hari saat kondisi spring tide dan hanya terjadi selama 1-1,5 jam setiap harinya. Seluruh parameter diakumulasikan ke dalam skenario bahaya kenaikan muka air laut dan skenario peta bahaya kenaikan muka air laut. Proyeksi kenaikan muka air laut tertinggi terjadi pada Bulan Desember 2025-Februari 2026 dengan nilai 298 cm untuk pengaruh dominan MHWL dan 338 cm untuk pengaruh dominan HHWL. Seluruh skenario peta bahaya di Sumatera Selatan menghasilkan daerah yang tergenang sebesar 9,64-15,54 % untuk tahun 2013 dan 9,78-15,63 % untuk tahun 2030 dari luas total Sumatera Selatan. Kota atau kabupaten yang tergenang yaitu Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muara Enim.