Metode resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan untuk menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan dengan melakukan pengukuran di permukaan. Metode resistivitas digunakan untuk mengetahui lapisan-lapisan di bawah permukaan secara vertikal dengan menggunakan metode VES (Vertical Electrical Sounding) dan horizontal dengan menggunakan metode CST (Constant Separation Transversing). Data yang diambil menggunakan konfigurasi Schlumberger 1D akan memberikan informasi nilai resistivitas semu pada setiap titik pengukurannya. Nilai-nilai resistivitas semu dipetakan sesuai dengan bentangannya dari bentangan AB/2=5 meter sampai AB/2 = 1260 m. Data resistivitas semu kemudian diinversi, hasil inversi kemudian dimodelkan kembali sehingga menghasilkan data resistivitas sebenarnya berdasarkan kedalamannya. Hasil overlay peta resistivitas semu menunjukkan adanya jejak sistem panas bumi pada zona di sekitar munculnya manifestasi mata air panas. Ini terlihat dengan adanya zona resistivitas semu rendah pada AB/2=350 m, dilanjutkan dengan zona resistivitas semu sedang pada bentangan dibawahnya seperti yang ditunjukkan pada model konseptual system panas bumi. Hal ini didukung dengan hasil penampang resistivitas pada lintasan 8, dimana terdapat zona resistivitas rendah pada kedalaman , dimana pada linasan 8 dilalui sesar-sesar di sekitar zona manifestasi yang menjadi tempat keluarnya manifestasi. Hasil pada lintasan 8 mengindikasikan adanya lapisan penudung yang mengarah ke tenggara. Tapi kemampuan penetrasi metode geolistrik termasuk dangkal untuk mendeteksi adanya sistem panas bumi, sehingga tebalnya lapisan penudung belum bisa diperkirakan.