2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana 2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana 2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana 2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana 2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana 2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana 2014 TA PP CECILIA TITIES GINALIH - AVI MELATI 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Ena Sukmana
Teknik proyeksi frinji digital memanfaatkan deformasi dari cahaya berpola akibat kontur permukaan obyek. Pada penelitian ini, teknik proyeksi frinji digital tersusun atas sebuah piko proyektor dan mikroskop digital. Pola frinji diproyeksikan ke permukaan obyek oleh proyektor saku, kemudian akuisisi citra dilakukan dengan mikroskop digital. Ekstraksi fasa dilakukan menggunakan metode phase shifting interferometry dengan pergeseran fasa sebanyak empat kali. Fasa absolut didapatkan melalui proses phase unwrapping menggunakan dua jenis metode, yaitu global (PUMA) dan lokal (QGPF). Rekonstruksi profil permukaan diperoleh dengan menghilangkan offset pada fasa absolut dengan menggunakan tilt removal. Tahapan kalibrasi dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara phase shifting dengan kedalaman permukaan.
Percobaan pada tahap kalibrasi dilakukan untuk memilih material yang sesuai untuk tahap kalibrasi, metode yang tepat untuk mengatasi offset dan mendapatkan persamaan yang menghubungkan informasi fasa dengan kedalaman. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kertas merupakan material yang paling memungkinkan sebagai benda kalibrasi. Hasil pengujian sudut simpangan proyeksi frinji dengan patahan menunjukkan bahwa besar sudut simpangan mempengaruhi hasil rekonstruksi. Pengujian sensitifitas sistem dilakukan untuk melihat peforma sistem. Algoritma PUMA memiliki penyimpangan baku sebesar 0,06 mm sedangkan QGPF sebesar 0,1 mm. Persentase kesalahan pengukuran kedalaman dengan metode PUMA sebesar 76,68% sedangkan QGPF sebesar 29,4%. Implementasi sistem pada permukaan kulit dilakukan pada tiga area uji yang mewakili variasi kedalaman yang berbeda secara subjektif. Konfigurasi yang dirancang dapat diterapkan untuk merekonstruksi profil kedalaman permukaan kulit. Metode PUMA lebih baik untuk merekonstruksi permukaan kulit, sedangkan QGPF lebih baik untuk melakukan pengukuran kedalaman.