Keberadaan migran sirkuler Pedagang Kaki Lima (PKL) makanan di Kota Bandung menimbulkan masalah perkotaan berupa kekumuhan kota. Namun disisi lain, migrasi sirkuler ditengarai menciptakan hubungan desa-kota dengan mengalirkan sumber daya yang didapat di kota ke desa asal. Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini mengkaji keberadaan migran sirkuler PKL Makanan dalam hubungan antara kota dengan desa asal. Penelitian ini meletakkan permasalahan migrasi sirkuler PKL makanan dalam kerangka wilayah. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari dokumen rencana, kebijakan dan tinjauan terhadap pustaka terkait topik. Sumber data utama dalam penelitian ini didapatkan dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara mendalam (indepth interview). Pengamatan lapangan dilakukan dengan cara mengamati hunian/tempat usaha. Wawancara mendalam dilakukan dengan mewawancarai 40 migran sirkuler PKL makanan yang dijadikan sebagai informan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model Miles dan Huberman (1984) Within-Case Displays: Eksploring and Describing. Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Penelitian ini juga ditunjang dengan analisis kuantitatif untuk menganalisis data kuantitatif yang didapatkan dari informan.
Dalam konteks hubungan antara kota dengan desa, migran sirkuler PKL makanan di kota berusaha mengakumulasi modal (capital accumulation) untuk dikirim ke desa asal. Mereka melakukan strategi-strategi gaya hidup tertentu dalam proses akumulasi modal tersebut. Pada dasarnya strategi tersebut dilakukan dalam rangka meminimalkan biaya hidup dan memaksimalkan keuntungan menjadi PKL makanan di kota. Migran sirkuler memilih menjadi PKL makanan sebagai mata pencaharian saat di kota dengan alasan tertentu. Alasan tersebut diantaranya pendidikan yang rendah, modal kecil, tidak memiliki keterikatan waktu/fleksibel dan tidak ada ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK). Waktu bekerja yang fleksibel sangat memungkinkan mereka untuk terus melakukan sirkularitas. Dari sisi tempat menjalani hidup, migran sirkuler PKL makanan sulit diidentifikasi sebagai penduduk kota atau penduduk desa. Mereka menjalani hidup sebagian waktunya dijalani di desa dan sebagiannya lagi di kota secara sirkulasi. Mereka membentuk entitas baru. Mereka merupakan kaum sirkuler desa-kota. Keberadaan migran sirkuler PKL makanan tersebut menciptakan hubungan antara kota dengan desa. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan adanya aliran remitan dari kota ke desa asal migran sirkuler PKL makanan. Selain itu, hubungan antara kota dengan desa juga ditunjukkan dengan adanya aliran inovasi (innovation) dari kota ke desa asal migran sirkuler PKL Makanan.