Perubahan fungsi lahan hunian menjadi industri rumah tangga di perkotaan, berdampak terhadap menurunnya kualitas fisik lingkungan. Hal ini terjadi akibat tidak seimbangnya perkembangan aktifitas dalam kawasan dengan batas kemampuan daya dukung lahan. Pertumbuhan penduduk dan unit usaha pada lahan-lahan permukiman dirangsang oleh kuatnya citra kawasan sebagai sentra kulit besar dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Penambahan jumlah penduduk dan unit usaha menimbulkan dampak baru, khususnya terkait dengan persoalan lingkungan, yaitu berkurangnya ruang terbuka sebagai bidang resapan, berkurangnya persediaan air tanah, jaringan drainase dan sanitasi yang buruk, dan pencemaran tanah dan air sungai oleh limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Kondisi tersebut menjadi latar belakang dibuatnya suatu program penataan kawasan untuk mengembalikan kualitas fisik dan lingkungan yang terdegradasi. Penataan kawasan melalui pendekatan desain berwawasan ekologis merupakan salah satu bentuk upaya perbaikan lingkungan dimulai dengan mengembalikan kondisi dan keseimbangan ekosistem lingkungan. Esensi dari konsep desain berwawasan ekologi adalah suatu bentuk perancangan yang menganggap elemen alami atau lingkungan sebagai bagian dari suatu sistem perancangan. Tujuan umum penggunaan konsep desain berwawasan ekologi dalam program penataan kawasan Sukaregang adalah mengembalikan kondisi ekologis lingkungan seperti sedia kala dan merancang suatu bentuk lingkungan binaan yang selaras dengan lingkungan serta berkelanjutan. Untuk itu konsep serta prinsip perancangan akan dielaborasikan dalam sebuah bentuk simulasi perancangan dalam konteks penataan kawasan Sukaregang. Simulasi perancangan dalam konteks penataan kawasan Sukaregang merupakan suatu usulan bentuk sebuah kawasan hunian industri yang bisa berjalan optimal tanpa memberikan dampak terhadap lingkungan sehingga dapat menjamin ketertiban, terakomodasinya aktifitas masyarakat serta meminimalisasi dampak (eksternalitas) negatif.