Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dipertimbangkan khususnya oleh Bangsa Indonesia untuk mencegah meluasnya dampak krisis energi. Selain itu, PLTN dikenal sebagai
sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. Dengan demikian, dipandang perlu untuk terus dilakukan penelitian ilmiah mengenai aspek keselamatan PLTN.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dalam menganalisis Laporan Analisis Keselamatan (LAK) untuk menerbitkan izin pendirian dan operasi suatu PLTN di Indonesia.
Telah dilakukan penelitian secara eksperimen tentang perpindahan panas konveksi alamiah pada tangki penyungkup reaktor nuklir jenis APWR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik perpindahan panas konveksi alamiah udara pada permukaan luar dinding tangki penyungkup dan menyusun korelasi empiriknya. Dalam penelitian ini, tangki penyungkup tidak dilengkapi dengan selubung bagian dalam (baffle udara) dan selubung luar. Berdasarkan prinsip
similaritas dan keserupaan, telah dirancang dan dibuat suatu model dalam skala laboratorium tangki penyungkup reaktor nuklir APWR skala 1:40. Pemberian fluks panas dilakukan dengan cara memasok daya listrik ke pemanas yang
divariasi antara 260 watt sampai dengan 2030 watt. Pengukuran temperatur permukaan dinding tangki penyungkup dilakukan pada posisi yang berbeda-beda, yaitu: 6 posisi pada bagian silinder vertikal dan 8 posisi pada bagian sektor ellips serta 1 posisi pengukuran digunakan secara bersama-sama oleh silinder vertikal dan sektor ellips. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan
termokopel jenis K yang telah dikalibrasi dan dihubungkan dengan sistem penguat serta sistem akuisisi data.
Dalam penelitian ini teramati bahwa pada fluks panas yang sama besar, semakin tinggi posisi pengukuran arah vertikal, temperatur akan semakin tinggi, menyebabkan nilai koefisien perpindahan panas lokalnya berkurang. Hal ini terjadi pada silinder vertikal dan sektor ellips. Selain itu, pada posisi pengukuran yang sama, semakin besar fluks panas, maka temperaturnya akan semakin tinggi.