Tingkat persaingan yang tinggi dalam industri airline menyebabkan setiap airline berusaha meningkatkan revenue agar tetap dapat bertahan. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan revenue management untuk mengoptimasi pendapatan di industri yang memiliki pasar tersegmentasi seperti airline. Strategi yang banyak diterapkan adalah differential pricing, yaitu memberlakukan tarif berbeda pada kelas penumpang yang sama agar segmen penumpang yang tercakup luas sehingga revenue meningkat. Permasalahan muncul saat menentukan berapa seat allocation untuk setiap kelas tarif agar revenue optimal sehingga perlu dilakukan seat inventory control. Permasalahan juga muncul jika calon penumpang membatalkan tiket dan tidak hadir saat keberangkatan. Maka itu, airline menerima pemesanan seat lebih banyak daripada kapasitas pesawat (overbooking). Pada tugas akhir ini dibahas penentuan seat allocation menggunakan metode EMSR dinamis kemudian dibandingkan dengan hasil dari EMSR statis, menggunakan studi kasus PT Garuda Indonesia untuk rute Jakarta – Surabaya dan Jakarta – Palangkaraya. Selain itu, juga dibahas penentuan overbooking limit dengan studi kasus yang sama. Pada kasus seat inventory control diperoleh hasil seat allocation dengan EMSR dinamis lebih optimal dibanding EMSR statis. Hal ini dibuktikan dengan total actual revenue yang diperoleh dari EMSR dinamis lebih besar dibanding EMSR statis baik pada rute Jakarta – Surabaya maupun Jakarta – Palangkaraya. Pada kasus overbooking rute Jakarta – Surabaya diperoleh overbooking limit untuk kelas bisnis adalah 17 seat dan kelas ekonomi adalah 102 seat. Pada rute Jakarta – Palangkaraya diperoleh overbooking limit untuk kelas ekonomi adalah 97 seat sedangkan untuk kelas bisnis tetap 16 seat.