digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Biaya produksi, operasional, dan pemeliharaan berpengaruh terhadap besarnya harga sewa atau sewa-beli bagi penghuni rumah susun sederhana. Pembangunan rumah susun sederhana di DKI Jakarta pada dasarnya membutuhkan biaya produksi yang tinggi sehingga harga sewa maupun sewa-belinya juga semakin mahal. Akan tetapi, dalam kenyataannya harga sewa maupun sewa-beli yang ditetapkan untuk rumah susun sederhana di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan harga yang seharusnya menurut perhitungan pasar. Studi ini dilakukan karena tidak jelas dasar-dasar perhitungan harga sewa maupun sewa-beli yang ditetapkan untuk rumah susun sederhana di DKI Jakarta. Besarnya selisih harga sewa maupun sewa-beli menurut perhitungan pasar dengan yang ditetapkan untuk rumah susun sederhana di DKI Jakarta memungkinkan adanya penghuni yang tidak sesuai sasaran. Tujuan dari studi ini adalah menunjukkan perbedaan antara perhitungan harga sewa maupun sewa-beli secara normatif dengan yang ditetapkan untuk rumah susun sederhana di DKI Jakarta serta dampaknya terhadap target penghuni yang mampu menempati rumah susun sederhana berdasarkan perbandingan kedua harga sewa dan sewa-beli tersebut. Adapun metode penelitian dalam studi ini tergolong ke dalam metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis dari sisi supply dan demand.Hasil analisis menunjukan bahwa harga sewa maupun sewa-beli melalui perhitungan menggunakan komponen biaya produksi, operasional, serta pemeliharaan untuk rumah susun sederhana milik (rusunami) Karet Tengsin serta Bendungan Hilir I berturut-turut adalah Rp. 239.000.000 dan Rp. 47.000.000 sedangkan untuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pasar Jumat adalah Rp.928.700/bulan. Di sisi lain harga sewa-beli tertinggi yang ditetapkan untuk rusunami Karet Tengsin dan Bendungan Hilir I adalah Rp. 12.100.000 sedangkan untuk harga sewa tertinggi rusunawa Pasar Jumat adalah Rp.750.000/bulan. Temuan studi juga menunjukkan bahwa penggunaan harga sewa maupun sewa-beli yang ditetapkan untuk rumah susun sederhana saat ini tidak efektif dalam mendapatkan penghuni yang sesuai dengan sasaran semestinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat berpendapatan rendah dapat menempati rumah susun dengan harga sewa atau sewa-beli yang layak menurut perhitungan pasar apabila pemerintah memberikan subsidi yang sangat besar (72,6-94,3%). Besarnya subsidi tersebut merupakan potensi bagi pemilik atau penyewa awal untuk menjual atau menyewakannya kembali ke pihak yang bukan tergolong masyarakat berpendapatan rendah.