Sesar Lembang merupakan salah satu sesar berpotensi aktif yang terdapat di kota Bandung. Menurut Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP), sesar Lembang memiliki siklus gempa setiap lima ratus tahun sekali. Dengan melihat korelasi antara panjang patahan dan magnitudo gempa yang berbanding lurus, gempa yang diakibatkan oleh sesar tersebut bisa berkisar pada angka 6.5 SR. Oleh karena itu, untuk meminimalisir dampak buruk gempa bumi maka perlu dilakukan pemantauan tingkat aktivitas dari sesar Lembang. Pemantauan dilakukan secara geodetik untuk menganalisis deformasi sesar Lembang secara geometrik.
Pemantauan dilaksanakan melalui survey GPS secara episodik. Survey GPS dilaksanakan dengan menggunakan kerangka jaring pengamatan relatif. Analisis deformasi dilakukan secara geometrik, yaitu memberikan informasi kuantitatif untuk menentukan arah, besar, serta model pergerakan deformasinya. Analisis deformasi secara geometrik dibagi atas 3, yaitu analisis pergeseran (displacement), estimasi laju geser, serta analisis regangan (strain).