digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Direktorat Jenderal Bina Marga telah mengembangkan sebuah alat yang dipergunakan untuk pengelolaan perencanaan dan pemrogramana jalan, yaitu Interurban Road Management System (IRMS). Melalui kegiatan survey rutin tahunan, IRMS mengumpulkan data dengan basis ruas jalan (link-base) yang meliputi: data inventory, data lalulintas dan data kondisi. Estimasi kebutuhan transportasi masa depan diperoleh melalui faktor pertumbuhan lalulintas yang dipergunakan secara seragam untuk seluruh ruas jalan. Meskipun metoda ini sudah dipergunakan secara meluas dan secara umum hasilnya dapat diterima, namun demikian mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya dalam hal keakuratan estimasi kebutuhan transportasi dan prioritas penanganan untuk ruas jalan pada daerah yang belum berkembang tidak dapat terakomodasikan. Pemodelan transportasi bertahap dapat dijadikan sebagai alternatif dalam estimasi kebutuhan transportasi masa depan. Dengan basis jaringan (network-base), pendekatan ini didasarkan pada adanya keterkaitan antara sistem kegiatan (tata ruang) dengan sistem transportasi dalam menghasilkan kinerja lalulintas. Penelitian ini mencoba meninjau dan mengevaluasi perencanaan penyusunan program penanganan jalan berdasarkan estimasi kebutuhan transportasi masa depan, melalui pendekatan: (1) pemakaian faktor pertumbuhan seragam yang dipakai pada Interurban Road Management System (IRMS), dan (2) pemodelan transportasi bertahap dengan bantuan program SATURN. Melalui kedua pendekatan ini, penelitian ini menghasilkan kebutuhan program penanganan jalan (tahun 2003-2010), serta penyusunan prioritas pengembangan prasarana transportasi jalan.Hasil penelitian menunjukkan melalui kedua pendekatan di atas, terdapat perbedaan antara program peningkatan, pemeliharaan berkala dan pemeliharaan rutin, meskipun dalam tingkat yang tidak terlalu signifikan, yaitu kurang dari 1% dari total seluruh panjang jalan. Penyusunan prioritas pengembangan prasarana transportasi, mempergunakan metoda analisis multi krietria (AMK) yang telah dikembangkan studi sebelumnya. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa dari aspek metoda perencanaan, penggunaan pendekatan pemodelan transportasi lebih dapat mengakomodasikan kebutuhan transportasi masa depan yang dikaitkan dengan proyeksi sistem kegiatan. Untuk menghasilkan perencanaan yang lebih akurat dan dapat diterima seluruh stakeholder, penelitian ini dapat dikembangkan sekaligus sebagai penyempurnaan, khususnya dalam hal prediksi sistem kegiatan masa depan yang sebaiknya tidak berdasarkan pada proyeksi data sosial ekonomi masa lalu, serta penentuan dan pembobotan kriteria yang akan dipakai dalam metoda AMK.