digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2009 TA PP KANIA PUTRI ASTUTI 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Industri Tenunan sutra merupakan sektor penyumbang devisa Indonesia, yang berasal dari unit-unit industri yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Sebagian besar unit industri tersebut terletak di Sulawesi Selatan (Makassar), sehingga propinsi tersebut terkenal luas sebagai sentra terbesar kegiatan pertenunan sutra di Indonesia. Ciri khas motif kain tenun sutra Sulawesi Selatan yaitu ragam hias dasar seperti balo renni, balo tengnga, balo lebbak, dan ragam hias dasar lainnya yang berkembang seiring dengan kreasi para pengrajin. Perkembangan ragam hias dan warna yang digunakan pada kain tenun tradisional Makassar ini sekarang mulai dipadukan dengan lebih berani sesuai dengan prinsip, kreasi maupun kejadian yang sedang berlangsung pada saat pengrajin menenun. Tenunan sutra tradisional Sulawesi Selatan pada umumnya digunakan sebagai pakaian adat seperti waju ponco (bahasa Bugis, yang berarti baju bodo) dan lippa sabbe (bahasa Bugis, yang berarti sarung). Namun perkembangan ini tidak serta merta menghilangkan ciri khas ragam hias kain tenun tradisional Sulawesi Selatan. Kain tenun sutra Sulawesi Selatan memberikan ciri khas dalam penggunaan ragam hias dan warna yang digunakan. Dengan melakukan eksplorasi kali ini, dapat memberikan nilai baru pada kain tenun sutra tradisional Sulawesi Selatan.