digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-COVER.pdf


2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-BAB 1.pdf

2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-BAB 2.pdf

2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-BAB 3.pdf

2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-BAB 4.pdf

2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-BAB 5.pdf

2007 TA PP SINKA SYLANISA 1-PUSTAKA.pdf

Kasus proyek Tugas Akhir Perancangan adalah Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung. Status proyek ini bersifat fiktif dan berlokasi di Jl. LL.R.E Martadinata no. 84 Bandung dengan luas lahan 4500m2, yang berbatasan dengan perumahan warga Jl. Sabang dan Pengadilan Tinggi Bandung di bagian barat, fungsi komersil, perumahan dan perkantoran di sepanjang Jl. LL.R.E Martadinata di sebelah timur, serta perumahan warga Jl.Cihapit di bagian selatan.Pusat Kebudayaan Jepang ini dibangun atas kepemilikan oleh The Japan Foundation, sebagai sebuah lembaga resmi khusus yang menangani pertukaran budaya internasional antara Jepang dan negara-negara lainnya di mana lembaga tersebut bertempat. Pusat Kebudayaan Jepang ini dirancang menampung sekitar 500 orang pengguna termasuk staf pengelola pada hari-hari biasa (Senin-Jumat), dan maksimal 300 orang pengguna auditorium pada akhir pekan (Sabtu-Minggu). Staf dan pengajar terdiri dari warga negara asing dan warga negara Indonesia. Jam operasional dimulai dari jam 9.00 hingga jam 15.00 hari Senin-Jum’at, namun kegiatan yang memanfaatkan fungsi galeri dapat dilakukan sampai batas waktu hingga jam 21.00. Auditorium dibuka hanya pada hari Sabtu dan Minggu, dengan jam operasional disesuaikan dengan agenda acara yang berlangsung. Berdasarkan perhitungan sesuai standar dan keinginan klien, luas bangunan kurang lebih 4200m2.Konsep dasar dari perancangan dari Pusat Kebudayaan Jepang ini adalah menciptakan suatu fasilitas yang bisa menampung aktivitas kebudayaan yang berkaitan dengan Jepang. Hal ini juga ditunjang dengan penggunaan material atau kombinasi elemen-elemen horizontal khas arsitektur Jepang. Bangunan terdiri dari satu massa tunggal; fungsi utama dan pendukung terintegrasi dalam satu massa tunggal, namun fungsi pendukung diletakkan dekat dengan jalur sirkulasi servis.Pengolahan ruang luar tidak menjadi fokus utama dalam perancangan, karena aktivitas pengguna lebih diorientasikan ke dalam bangunan selain juga demi kepentingan keamanan. Hanya terdapat satu ruang terbuka, yaitu taman dalam yang diletakkan di belakang ruang penerima sebagai peralihan antara ruang dalam?luar dari tempat parkir motor di belakang bangunan.Penghawaan menggunakan penghawaan buatan pada keseluruhan bangunan yang dipergunakan setiap waktu, kecuali untuk fungsi-fungsi di lantai satu yang dapat memanfaatkan penghawaan alami karena adanya bukaan-bukaan, serta auditorium yang hanya digunakan pada akhir minggu.