digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-COVER.pdf


2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-BAB 1.pdf

2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-BAB 2.pdf

2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-BAB 3.pdf

2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-BAB 4.pdf

2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-BAB 5.pdf

2009 TS PP DAVID OKTAVIANDI 1-PUSTAKA.pdf

Indonesia pernah dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada dan mempunyai peranan yang penting dalam perdagangan lada dunia. Suplai lada Indonesia dalam perdagangan dunia dipenuhi dari lada yang sudah dikenal di pasar dunia, yaitu jenis lada putih atau dikenal dengan nama Muntok White Pepper yang utamanya dihasilkan Provinsi Bangka-Belitung dan Lada hitam dikenal sebagai Lampung Black Pepper yang dihasilkan provinsi Lampung. Untuk Bangka Belitung sendiri sampai akhir th 90an hampir mensuplay 60-80% lada putih dipasar dunia namun dalam satu dekade terakhir ini hanya mampu mensuplay 15-20% lada putih untuk kebutuhan di pasar dunia.Menurunnya produksi lada di Bangka Belitung dapat diidentifikasi juga oleh menurunnya luas lahan untuk budidaya lada karena ada sektor lain seperti sektor pertambangan timah. Alih fungsi lahan dan alih profesi petani ke pertambangan disebabkan oleh banyak faktor yang terlibat, salah satunya adalah sistem pasar. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif deskriptif yang memberikan gambaran bagaimana perubahan sistem pasar lada putih di Kepulauan Bangka Belitung.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua peristiwa yang mempengaruhi sistem pasar lada, pertama; revolusi hijau yang dilakukan melalui kebijakan subsidi pupuk an organik dalam meningkatkan produktivitas namun berdampak terhadap timbulnya permasalahan seperti peningkatan keasaman tanah yang menyebabkan munculnya serangan hama penyakit yang sering ditemui dalam budidaya lada saat ini. Kedua; setelah adanya kebijakan otonomi daerah yang secara tidak langsung mempengaruhi komoditas lada dengan memberikan insentif terhadap sektor pertambangan dan secara tidak langsung terjadi disinsentif terhadap komoditi lada, karena sektor pertambangan sangat mempengaruhi lingkungan dan berdampak terhadap pembudidayaan lada itu sendiri. Terjadi penyusutan dalam sistem pasar lada, karena lada yang diterima konsumen terjadi defaluasi atau defaluasi knowledge sehingga turun nilai lada di pasar yang disebabkan kelakuan-kelakuan dari para pelaku-pelaku pasar dan dalam arti bahwa sistem pasar lada tidak efsien.