digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1982_TS_PP_CHOL_1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

Usaha untuk mendapatkan obat yang berkhasiat antikanker baik dari tumbuhan maupun dari senyawa sintetis masih terus dilakukan oleh para peneliti di seluruh dunia. Di Indonesia herba Vernonia cinerea termasuk dalam ramuan jamu yang digunakan sebagai obat kanker. Sehubungan dengan itu penelitian ini bertujuan untuk rnengisolasi komponen aktif tumbuhan obat itu dan mempelajari sifat antikankernya. Untuk maksud tersebut diperlukan jaringan kanker. Ini berhasil ditimbulkan pada mencit strain Muang Thai setelah disuntik secara subkutan pada tengkuknya dengan benzo(a)pirena (BP). Sebagai bukti bahwa mencit ini benar menderita kanker, antara lain dengan berhasilnya ditransplantasikan kanker itu pada mencit lain yang sama strainnya. Bukti ini didukung pula oleh hasil percobaan histopatologik, baik terhadap kanker hasil induksi BP maupun kanker hasil transplantasi. Dari hasil penentuan respirasi sel dengan respirometer Warburg, ternyata Q02 jaringan kanker lebih kecil dari pada Q02 jaringan normal. Demikian juga aktifitas spesifik glutamat oksaloasetat transaminase (GOT), glutamat piruvat transaminase (GPT) dan laktat dehidrogenase (LDH) jaringan kanker lebih kecil daripada aktifitas spesifik enzim tersebut dari jaringan normal, sedangkan dalam hal aktifitas spesifik fosfatase alkali maupun fosfatase asam tidak ada perbedaan antara jaringan kanker dan jaringan normal. Dengan teknik elektroforesis disk gel poliakrilamida dapat ditunjukkan bahwa jumlah pita protein maupun jumlah macam isoenzim LDH jaringan kanker adalah lebih sedikit daripada jaringan normal. Timbulnya jaringan kanker hasil induksi BP pada tengkuk mencit, ternyata menyebabkan kenaikan aktifitas spesifik LDH dan GOT baik dari jaringan hati maupun dari serum darah. Ternyata pula bahwa BP yang diberikan secara subkutan pada tengkuk mencit menyebabkan naiknya aktifitas spesifik LDH dan GOT serum darah sesudah 90 hari terhitung dari penyuntikan pertama, walaupun belum terlihat adanya tanda timbulnya kanker. Dari percobaan di atas dapatlah disimpulkan adanya perbedaan yang nyata antara jaringan normal dan jaringan kanker hasil induksi BP. Percobaan berikutnya menunjukkan bahwa dengan pelarut metanol telah berhasil diisolasi suatu komponen berupa kristal putih, dengan titik leleh 158°C (terurai). Hasil analisis kromatografi lapisan tipis, kromatografi kertas dan kromatografi cair bertekanan tinggi menunjukkan bahwa kristal tersebut murni. Isolat herba Vernonia cinerea tersebut tidak bersifat antibiotika terhadap Aspergillus niger atau Bacillus megaterium. LD50-nya adalah 1 mg/gram bobot badan mencit. Percobaan in vitro menunjukkan bahwa isolat herba Vernonia cinerea dapat menghambat aktifitas spesifik GOT, GPT, fosfatase alkali dan fosfatase asam baik dari jaringan kanker maupun dari jaringan normal. Isolat yang diberikan secara subkutan ternyata dapat menghilangkan jaringan kanker hasil induksi BP maupun jaringan kanker hasiil transplantasi. Hilangnya jaringan kanker ini disertai dengan penurunan aktifitas spesifik GOT dan LDR serum darah secara berangsur-angsur sehingga mencapai harga normal, Adanya proses penyembuhan ini didukung oleh percobaan histopatologik yang memperlihatkan dengan jelas bahwa jaringan kanker yang telah diobati menuju kearah jaringan normal. Komponen aktif herba Vernonia cinerea merupakan senyawa golongan glukosida. Hidrolisa dari senyawa ini menghasilkan aglikon berupa kristal putih dengan berat molekul 164. Analisis unsur menunjukkan C=65,55%, H=4,97% dan 0=29,58%, sesuai dengan rumus molekul C9H8O3. Spektrum inframerah menunjukkan adanya gugus OH (3250 cm.-1), karbonil lakton (1700 cm.-1) dan ikatan rangkap C=C(1600 cm.-1). Spektrum ultraviolet menunjukan karateristik: the isolated compound was able to inhibit cancer growth. The elevated levels of GOT and LDH in blood became gradually normal after the treatment with the isolated compound. The evidence of recovery is supported by histophatological experiments. The active component of Vernonia cinerea showed the chemical characteristics of glucoside. Hydrolysis of this compound gave white crystalline aglycone. The molecular formula C 9H803 was assigned on the basis of elemental analysis (C=65.55%, H=4.87% and 0=29.58%) and molecular weight determination (m/e 164) by mass spectrometry. Its infrared spectrum showed the presence of OH group at about 3250 cm.-1, carbonyl lactone at about 1700 cm.-1 and C=C double bond at about 1600 cm.-l. The ultraviolet data obtained were: AMeOH 258 nm and 212 nm. max The NMR spectrum showed a doublet at 6 5.2. This was characteristic for proton on a cyclic double bond. The triplet at 6 4,3 was the hydroxyl proton. Based on the data obtained so far we suggested the following structur for the aglycone: the isolated compound was able to inhibit cancer growth. The elevated levels of GOT and LDH in blood became gradually normal after the treatment with the isolated compound. The evidence of recovery is supported by histophatological experiments. The active component of Vernonia cinerea showed the chemical characteristics of glucoside. Hydrolysis of this compound gave white crystalline aglycone. The molecular formula C 9H803 was assigned on the basis of elemental analysis (C=65.55%, H=4.87% and 0=29.58%) and molecular weight determination (m/e 164) by mass spectrometry. Its infrared spectrum showed the presence of OH group at about 3250 cm.-1, carbonyl lactone at about 1700 cm.-1 and C=C double bond at about 1600 cm.-l. The ultraviolet data obtained were: AMeOH 258 nm and 212 nm. max The NMR spectrum showed a doublet at 6 5.2. This was characteristic for proton on a cyclic double bond. The triplet at 6 4,3 was the hydroxyl proton. Based on the data obtained so far we suggested the following structur for the aglycone :γ MeOH/maks= 258, dan 212 nm. Spektrum NMR menunjukkan adanya proton yang terletak pada ikatan rangkap duplet pada 5,2 s dan proton hidroksil triplet pada 4,3 S.