digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andreas Edward
PUBLIC Irwan Sofiyan

Sambungan baut tipe lap-joint seringkali dihindari penggunaannya karena dikenal memiliki eksentrisitas pada gaya yang dipindahkan sehingga menimbulkan momen lentur pada pelat. Pada sambungan baut tunggal dengan pelat yang relatif tipis resiko curling hampir tak terhindarkan. Selain ekstentrisitas, pada pelat yang mengalami curling terdapat aliran gaya tekan menuju lubang baut. Padahal gaya tekan pada elemen struktur baja erat kaitannya dengan fenomena tekuk (buckling). Peristiwa ini disebabkan oleh geometri suatu penampang yang relatif langsing. Dalam kaitannya dengan sambungan lap-joint, adanya curling pada sambungan dapat menyebabkan sambungan tidak bekerja secara efektif. Meski dengan mempertebal pelat fenomena curling dapat dikurangi, akan tetapi mengubah konfigurasi baut sedemikian rupa tanpa harus mempertebal pelat dipandang sebagai opsi yang lebih ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter yang memengaruhi fenomena curling pada sambungan baut grup single lap-joint. Hipotesis yang diajukan ialah bahwa fenomena curling juga disebabkan oleh peristiwa tekuk, maka apabila panjang tidak terkekang pelat berubah seharusnya efek curling ikut terpengaruh. Oleh sebab itu, dua parameter akan ditinjau, yakni parameter jarak lubang baut ke tepi arah longitudinal dan transversal. Hubungan kedua parameter tersebut terhadap besarnya curling diperkirakan akan berbanding lurus, artinya dengan memperkecil kedua parameter tersebut curling yang terjadi juga akan ikut mengecil. Hipotesis kedua ialah bahwa mekanisme momen kopel reaksi juga dapat timbul sebagai akibat dari baut yang didistribusikan searah gaya. Dengan demikian seharusnya dengan memvariasikan parameter jarak antar lubang baut arah longitudinal curling yang terjadi juga dapat berubah. Hubungan antara parameter jarak antar lubang baut dengan besarnya curling yang terjadi diperkirakan akan berbanding terbalik, artinya dengan memperkecil jarak antar lubang justru curling yang terjadi malah membesar. Dengan demikian terdapat tiga parameter yang akan ditinjau, yaitu jarak lubang ke tepi pelat longitudinal, jarak lubang ke tepi pelat transversal, dan jarak antar lubang longitudinal. Untuk mengetahui pengaruh tiap parameter tersebut akan ditinjau 27 model sambungan. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan software berbasis elemen hingga, ABAQUS. Karena akan diamati kondisi ultimit, maka tiap model akan diberi beban berupa perpindahan pada arah u1. Hasil yang diperoleh berupa perpindahan tegak lurus bidang (out-of-plane) u3 kemudian dianalisis untuk menentukan hubungan geometri sambungan baut grup terhadap fenomena curling pada sambungan baut single lap-joint. Berdasarkan pemodelan yang dilakukan, hasilnya diketahui bahwa hubungan tiap parameter terhadap fenomena curling sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Meski modifikasi terhadap jarak lubang ke tepi longitudinal dan transversal menunjukkan pengaruh yang positif, akan tetapi kedua parameter tersebut masih belum mampu untuk mencegah curling terjadi pada tepi pelat. Dengan demikian, tidak terdapat satu parameterpun yang mampu membuat curling hilang sama sekali.