digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Angga Putra Arlis
PUBLIC Alice Diniarti

Kabupaten Lima Puluh Kota adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data BNPB Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2019, Kabupaten Lima Puluh Kota dilanda banjir hampir setiap tahun. Banjir dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya genangan di area pemukiman, area pertanian, area perkebunan dan fasilitas umum di beberapa wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. Melihat cakupan banjir yang cukup luas, diperlukan pemetaan bahaya banjir untuk mengklasifikasikan zona bahaya banjir sesuai tingkatannya agar penanganan banjir selanjutnya dapat diimplementasikan secara efektif. Pada kajian ini, pemodelan genangan banjir akan disimulasikan dengan Rainfall- Runoff-Inundation (RRI) Model. Model ini dapat mensimulasikan aliran 1D dan 2D dengan metode fully-distributed secara bersamaan, aliran 1D pada grid sungai dan aliran 2D pada grid slope. Kejadian banjir yang akan di simulasikan adalah banjir pada tanggal 20 Desember 2019 di Sub-DAS Batang Sinamar. Input data untuk melakukan simulasi di RRI Model pada kajian ini adalah data topografi dari DEMNAS yang resolusi gridnya telah diperbesar menjadi 58m x 58m, data hujan harian observasi dari Stasiun Hujan Suliki dan Stasiun Hujan Tanjung Pati, data tata guna lahan, data jenis tanah dan data geometri sungai. Debit hasil simulasi akan di kalibrasi dengan data debit observasi dari Pos Duga Air Batang Sinamar. Hasil kalibrasi debit simulasi dengan debit observasi menunjukkan hasil yang baik, dibuktikan dengan nilai NSE = 0,768 dan nilai korelasi = 0,908. Berdasarkan model banjir pada tanggal 20 Desember 2019, maka dikembangkanlah model tersebut untuk banjir dengan periode ulang 10 tahun dan 25 tahun. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, debit puncak yang didapatkan untuk debit periode ulang 10 tahun adalah Q10 = 406,772 m3/dtk dan debit periode ulang 25 tahun adalah Q25 = 470,737 m3/dtk. Berdasarkan analisis zona bahaya banjir periode ulang 10 tahun, rata-rata nilai ancaman yang paling besar adalah kecamatan Lampasi dan Akabiluru, dengan nilai 2,67 dibulatkan menjadi 3. Dan ancaman yang paling rendah berada di kecamatan Payakumbuh Timur dengan nilai rata-rata ancaman 1. Sedangkan untuk analisis zona bahaya banjir periode ulang 25 tahun dengan kenaikan debit sebesar 15,72 %, hampir semua desa yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota mendapatkan nilai 3 (tingkat ancaman tinggi). Untuk desa-desa yang mendapat ancaman sedang adalah desa-desa yang pada banjir periode ulang 10 tahun mendapatkan nilai ancaman rendah. Berdasarkan hasil kajian ini, Rainfall-Runoff-Inundation (RRI) Model cocok di aplikasikan sebagai early warning model.