ABSTRAK Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira DAFTAR Shofi Azkarifa
PUBLIC Yoninur Almira 2020 TS PP SHOFI AZKARIFA_LAMPIRAN.pdf)u
PUBLIC Yoninur Almira
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati merupakan bandara yang
didirikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan konsep Aerotropolis untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Adapun untuk menunjang
perkembangan bandara ini, diperlukan pengelolaan sistem transportasi yang
terintegrasi. Ciri khas dari transportasi aerotropolis adalah terbaginya konektivitas
menuju bandara ke dalam aeorotrain dan aerolanes. Dalam konteks BIJB Kertajati,
kedua jenis infrastruktur ini menghubungkan bandara dengan kawasan
eksternalnya. Sayangnya, saat ini belum ada payung hukum ataupun lembaga yang
mengakomodasi pengelolaan transportasi BIJB Kertajati secara terintegrasi, Oleh
karena itu diperlukan analisis terhadap bentuk kelembagaan dari pengelolaan
konektivitas ke BIJB Kertajati.
Penelitian ini memberikan usulan bentuk kelembagaan melalui rangkaian analisis
konten, analisis deskriptif-kualitatif, dan analisis stakeholder. Adapun bentuk
kelembagaan ini didapatkan dengan mengidentifikasi level pengambilan keputusan
melalui tinjauan interest (minat), importance (kepentingan), dan influence
(pengaruh) dari masing-masing stakeholder untuk menghasilkan stakeholder kunci.
Setelah itu level pengambilan keputusan dari stakeholder kunci diidentifikasi
berdasarkan peran yang terlihat dari interest. Level pengambilan keputusan
kemudian dianalisis dengan melihat relasi dan potensi pengembangan kapasitas
dari setiap aktor yang terlibat untuk merumuskan usulan bentuk kelembagaan untuk
pengelolaan konektivitas ke BIJB Kertajati yang terintegrasi
Adapun bentuk kelembagaan eksisting dari pengelolaan akses ini menunjukkan
skema yang terintegrasi secara vertikal, dimana tiap level pengambilan keputusan
ditempati oleh aktor yang cenderung sama, dan terpisah secara horizontal, yaitu
berbeda pengelola pada tiap akses aerolanes dan aerotrain. Hal ini terlihat dari
bentuk relasi yang didominasi dengan bentuk kontrak langsung antara lembaga
dalam tingkat strategis ke pihak operator. Kemudian dalam tiap jenis akses,
kewenangan terpisah-pisah dalam kelembagaan yang berbeda dan belum dilakukan
koordinasi yang signifikan untuk mengelola sistem transportasi intermoda.ii
PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sebagai pengelola komersial BIJB
Kertajati dan Kawasan Aerocity memiliki potensi untuk melaksanakan peran taktis
secara lebih komprehensif. Hal ini dilihat dari adanya ketertarikan untuk mengelola
angkutan antarmoda dan juga pernyataan dari stakeholder yang membutuhkan
bentuk koordinasi dan lembaga yang dapat berperan signifikan untuk
mengintegrasikan aerotrain dan aerolanes. Dalam hal ini, PT BIJB harus
meningkatkan kapasitas untuk dapat menentukan rute, tarif yang terintegrasi antar
moda, dan menyediakan angkutan. Pemerintah dalam level strategis juga perlu
mendesain peraturan untuk memberikan kewenangan bagi PT BIJB untuk mengatur
Intermoda dalam akses ke BIJB Kertajati. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan
bahwa usulan bentuk kelembagaan untuk pengelolaan akses ke BIJB Kertajati akan
terpisah secara vertikal, dan terintegrasi secara horizontal. Dimana PT BIJB
meningkatkan kapasitasnya untuk mengelola level taktis di semua jenis
konektivitas baik aerolanes maupun aerotrain.
Usulan bentuk kelembagaan yang dihasilkan sebisa mungkin mendorong
terintegrasi fungsi kelembagaan secara horizontal dan memisahkan peran secara
vertikal dimana satu lembaga dapat terkonsentrasi pada satu level strategis, taktis,
maupun operasional. Namun meninjau dari kapasitas dan bentuk kewenangan saat
ini, bentuk yang diusulkan tidak terintegrasi secara utuh. Dimana pada level
strategis dan operasional masih cenderung terpisah secara horizontal. Saat ini
belum ada badan usaha yang mampu menyediakan dan mengelola teknis perjalanan
dari tiap akses aerolanes dan aerotrain. Begitu juga pada level strategis
kewenangan pengelolaan transportasi di Indonesia terpisah pada kementerian dan
juga dinas yang berbeda. Pada level taktis peran yang didorong kepada PT BIJB
juga perlu secara bertahap ditingkatkan.
Penelitian ini juga merekomendasikan perubahan bentuk kelembagaan secara
bertahap dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun pertama dan kedua diutamakan
bagi lembaga dalam tingkat strategis untuk mengkaji dan mempersiapkan
pembagian kewenangan, dan operator menyelesaikan pembangunan akses. Setelah
itu pada tahap selanjutnya PT BIJB dapat secara bertahap melaksanakan peran
taktis melalui koordinasi penentuan rute, tarif dan juga penyediaan angkutan.