ABSTRAK Adelia Sri Wartami
PUBLIC yana mulyana
COVER Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Adelia Sri Wartami
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Alergen adalah antigen yang menyebabkan reaksi alergi. Antigen umumnya berasal dari molekul
berukuran besar seperti protein. Daging kepiting bakau hijau merupakan pangan yang kaya akan
protein dan tidak jarang ditemukan kasus reaksi alergi pada sebagian individu yang
mengkonsumsinya. Dari hasil SDS-PAGE, teridentifikasi protein berukuran 36 kDa dan 41 kDa yang
diduga merupakan protein penyebab alergi, yaitu Tropomyosin dan Arginin Kinase. Untuk
mendiagnosis alergi, dilakukan pengujian skin prick test dengan suatu seri kit alergen. Faktanya,
seri kit alergen yang dijual di Indonesia umumnya masih diimpor dari luar negeri. Pada penelitian
ini, dilakukan pembuatan alergen dari daging kepiting, pengevaluasian aktivitas alergen,
penentuan konsentrasi optimum alergen, dan waktu diagnosis alergi yang optimum. Marmut
dipilih sebagai hewan percobaan karena peka terhadap alergen. Sebelum dilakukan pengujian,
marmut disensitisasi menggunakan ekstrak daging kepiting rebus selama 2 minggu. Sediaan
alergen hasil preparasi kemudian diuji dengan dengan reaksi anafilaktik kutan aktif pada marmut
bersama dengan sediaan lain sebagai pembanding (pelarut alergen, ekstrak daging kepiting, dan
pelarut ekstrak) secara intrakutan. Parameter yang diamati yaitu luas dan intensitas kemerahan
relatif dari eritema yang dihasilkan selama 3 jam. Pengambilan data dilakukan setiap ½ jam
dengan memotret eritema di punggung marmut. Intensitas kemerahan ditentukan secara relatif
kualitatif dan luas eritema secara aplikasi IMAGEJ. Hasil penelitian menunjukkan alergen steril
yang dibuat berupa larutan jernih dalam gliserin 50%, konsentrasi optimum yang dapat digunakan
pada produk alergen kepiting ialah 1 mg/mL dan 0,5 mg/mL, dan waktu optimum pengambilan
data yaitu antara 0,5-2 jam setelah alergen dan pelarut disuntikkan secara intrakutan sejumlah
0,1 mL pada marmut.