digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Geopark Batur merupakan geopark berskala internasional pertama di Indonesia yang pengukuhannya ditujukan untuk meningkatkan perekonomian pedesaan lewat upaya konservasi kekayaan geologis dan budaya lewat pemanfaatan aktivitas geowisata. Dalam proses penetapannya, kawasan Geopark Batur masih memiliki beberapa permasalahan fundamental seperti aktivitas galian C, pendangkalan danau, konsentrasi kunjungan wisatawan yang didominasi one-day trip activity di kawasan restoran jalur Panelokan, agresivitas pedagang suvenir, dan terbatasnya aksesibilitas ke daya tarik yang menjadi fokus perbaikan dalam pengukuhannya sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark Network. Studi ini bertujuan untuk mengkaji perubahan dan dampak dari pengembangan pariwisata terhadap aspek fisik – lingkungan, sosial dan ekonomi dalam kawasan Geopark Batur Pendekatan studi ini menggunakan analisis kualitatif deskritif dengan penentuan sampel wawancara purposive sampling yang menghasilkan 21 informan yang merupakan representasi dari stakeholder pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat, anggota local working group dan tokoh masyarakat, swasta dan organisasi non – pemerintahan yang memiliki kaitan dengan pengembangan pariwisata kawasan Geopark Batur. Hasil dari studi menunjukan bahwa pengembangan pariwisata kawasan Geopark Batur memiliki dampak positif dan negatif terhadap kondisi fisik – lingkungan, sosial dan ekonomi. Dampak positif diantaranya adalah meningkatnya upaya konservasi sumber daya alam oleh pemerintah dan masyarakat khusus nya generasi muda lewat program Geopark to School, peningkatan fasilitas umum dan penunjang pariwisata, meningkatnya kunjungan wisatawan menstimulasi tumbuhnya akomodasi dan restoran di kawasan tepian Danau Batur yang berdampak kepada penyediaan lapangan pekerjaan baik sektor formal dan informal, peningkatan permintaan hasil produksi pertanian dan tumbuhnya UMKM yang menghasilkan produk olahan hasil pertanian, perikanan dan kehutanan. Disisi yang lain, pengembangan pariwisata juga memiliki dampak negatif diantaranya adalah pendangkalan danau ,penurunan kualitas air disebabkan oleh akumulasi limbah rumah tangga, pertanian, perikanan dan pariwisata dan peralihan fungsi lahan menjadi lahan pertanian ataupun bangunan komersil yang berimplikasi kepada meningkatnya potensi tanah longsor khususnya pada saat curah hujan tinggi. Selain itu, munculnya permasalahan sosial seperti konflik antar kelompok dan kecemburuan sosial didasari oleh belum meratanya manfaat ekonomi yang didapat dari pengembangan pariwisata kawasan Geopark Batur. Dalam konteks Peran LWG berfungsi sebagai trigger bagi masyarakat dalam pengembangan potensi dan pengelolaan daya tarik geowisata, adapun urutan kluster ditinjau dari kemampuanya dalam menggali potensi dan mengelola daya tarik adalah 1) Kluster Abang Erawang; 2) Kluster Batur Kalanganyar; 3) Kluster Hulundanu Muncar; 4) Kluster Manuk Tarumenyan; dan 5) Kluster Singa Mandawa.