digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemerintah Indonesia membutuhkan banyak dana untuk menyediakan layanan publik. Selisih antara pendapatan pemerintah dan pengeluaran pemerintah menyebabkan defisit anggaran. Kondisi defisit ini harus dibiayai dengan menerbitkan obligasi pemerintah (utang publik). Jumlah Surat Utang Negara (SUN) Indonesia yang beredar meningkat setiap tahun. Meningkatnya utang dapat menjadi masalah utama dalam kebijakan fiskal pemerintah karena mengganggu keberlanjutan utang. Untuk mencapai keberlanjutan utang secara keseluruhan, perlu untuk mengelola proporsi optimal dari berbagai denominasi mata uang SUN. Penelitian ini memberikan kerangka teoritis proporsi optimal berbagai denominasi mata uang SUN sebagai alat untuk meminimalkan biaya bunga yang harus dibayar oleh pemerintah Indonesia dan untuk meminimalkan risiko nilai tukar karena beberapa obligasi berdenominasi dalam mata uang asing. Berdasarkan kerangka teoritis yang kami kembangkan, kami melakukan simulasi untuk menghitung proporsi optimal dari obligasi pemerintah berdenominasi rupiah dan obligasi pemerintah berdenominasi mata uang asing. Kami menemukan bahwa biaya utang terendah dapat dicapai ketika pemerintah menghindari risiko suku bunga dan pemerintah cenderung menjadi pengambil risiko dalam hal risiko nilai tukar. Sehubungan dengan layanan utang terendah ini, proporsi SUN yang optimal adalah 58,43% dalam obligasi Rupiah, 38,79% pada obligasi Dolar Amerika, 0,35% pada obligasi Yen, dan 2,42% pada obligasi Euro. Kami juga menemukan bahwa bagi pemerintah Indonesia, toleransi risiko tingkat bunga memainkan peran yang lebih penting daripada toleransi risiko nilai tukar dalam menentukan proporsi utang.