digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal salah satunya untuk sektor pariwisata, baik di perairan maupun daratan. Objek wisata berbasis alam sangat diminati oleh wisatawan, akan tetapi lokasi dari objek wisata ter sebut cenderung berada di daerah yang terisolasi dan sulit dijangkau oleh wisatawan salah satunya objek wisata pegunungan TWA. Gunung Tangkuban Perahu, maka dari itu diperlukan adanya infrastuktur dan sarana prasarana untuk memfasilitasi wisatawan dalam me ncapai objek wisata. Namun, dalam pembangunannya, pengelola objek wisata cenderung tidak mengindahkan kelestarian lingkungan dan lebih memperhitungkan pendapatan ekonomi saja, sehingga di khawatirkan akan terjadi degdradasi lingkungan, padahal inti dari daya tarik pariwisata alam adalah kelestarian lingkungan alam itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak negatif lingkungan fisik yang terjadi pada guna lahan, komponen lingkungan fisik dan kimia, komponen biologi (flora dan fauna) dengan menggunakan pendekatan Environtmental Impact Assessment (EIA). Berdasarkan hasil studi, dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan infrastuktur dan sarana prasarana TWA. Gunung Tangkuban Perahu telah menimbulkan dampak fisik negatif meskipun tidak pada semua aspek fisik yang diukur. Dampak negatif terjadi pada aspek alih fungsi lahan, aspek visual dan flora fauna dan pengembangan infrastuktur serta sarana parsarana TWA. Gunung Tangkuban Perahu tidak menimbulkan dampak negatif pada aspek kimia seperti karakteristik air, udara ambient dan tanah. Sehingga disarankan dalam semua kegiatan pembangunan baik infrastuktur ataupun sarana prasarana, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pengukuran dampak atau kajian resiko terhadap lingkungan, menggunakan konsep green dan memperhatikan perubahan rona lingkungan, dan diharapka semua stakeholders ikut berperan serta dalam segala bentuk pelestrarian lingkungan fisik di kawasan TWA Gunung Tangkuban Perahu, sehingga funsi utama hutan konservasi tetap terjaga