2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-COVER.pdf
PUBLIC yana mulyana 2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-BAB_1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-BAB_2.pdf
PUBLIC yana mulyana 2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-BAB_3.pdf
PUBLIC yana mulyana 2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-BAB_4.pdf
PUBLIC yana mulyana 2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-BAB_5.pdf
PUBLIC yana mulyana 2018_DS_PP_MUH__AGUS_SYAMSUR_RIJAL_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC yana mulyana
Multi Drug Resistance (MDR) merupakan permasalahan pada terapi kanker.
Penyebab utama resistensi adalah ekspresi protein P-glikoprotein (P-gp) yang
sangat berlebih dan aktivitasnya menyebabkan effluks obat antikanker .Untuk
mengatasi permasalahan ini, diperlukan penggunaan inhibitor MDR untuk
menekan aktivitas P-gp sehingga senyawa antikanker dapat dihantarkan secara
efisien. Pengembangan sediaan nanokarier antikanker dapat memberikan
penghantaran pasif mengikuti fenomena Enhanced Permeation and Retention
(EPR) effect sehingga obat akan terakumulasi di jaringan tumor dan diharapkan
akan menurunkan toksisitasnya pada jaringan normal. Beberapa polimer/eksipien
seperti poloxamer, polietilen glikol (PEG), D-?-tokoferil polietilen glikol 1.000
suksinat, Cremophor EL, Solutol HS-15 , Brij-35, Peceol
®
(gliseril monooleat)
dan dendrimer telah diteliti dapat menghambat aktivitas P-gp melalui beberapa
mekanisme yang berbeda tetapi belum diketahui mekanisme dan polimer yang
paling potensial dalam menghambat aktivitas P-gp. Sehingga perlu dilakukan
skrining aktivitas inhibisi P-gp terhadap jalur mekanisme dan polimer yang potent
dalam bentuk nanopartikel melalui uji in vitro pada kultur sel kanker. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkap penghambatan aktivitas P-gp yang paling
potensial dari nanokarier yang dibuat dari berbagai jenis polimer serta
menghasilkan sediaan nanokarier untuk antikanker yang lebih efektif pada sel
kanker sehingga dapat mengatasi resistensi obat dengan menghambat aktivitas Pgp.
Penelitian diawali dengan optimasi pembuatan nanokarier blanko untuk empat
polimer terpilih yaitu Synperonic PE/P84 (P84), D-?-tokoferil polietilen glikol
1.000 suksinat (TPGS), gliseril monooleat (GMO) dan PAMAM Dendrimer G5
(PG5). Nanopartikel P84 dan TPGS dengan tipe misel polimerik dibuat dengan
metode hidrasi film-tipis dengan konsentrasi 1-10% menghasilkan rentang ukuran
partikel berturut-turut 24-34 nm dan 21-27 nm dengan indeks polidispersitas 0,17-
0,45 dan 0,24-0,43. Nanopartikel GMO dibuat dengan tipe dispersi liquid crystal
dalam air atau cubosomes. Pembuatan nanopartikel dilakukan dengan
ultrasonikasi (2,5 menit) larutan GMO dalam etanol dengan Poloxamer 407
(P407) dalam fasa air diperoleh formula optimal pada konsentrasi GMO 1%
dengan P407 1% sebagai penstabil dengan ukuran 108,7 nm. PG5 merupakan
ii
molekul dendritik yang memiliki struktur tiga dimensi dengan rongga di bagian
dalam. PG5 memiliki diameter 5,4 nm. Polimer PG5 tidak dilakukan optimasi
nanokarier blanko karena polimer ini telah memiliki struktur tiga dimensi.
Selanjutnya optimasi terhadap pembuatan nanopartikel menggunakan docetaxel
(DTX) sebagai obat model memberikan hasil efisiensi penjeratan DTX untuk
nanopartikel P84-DTX, TPGS-DTX, GMO-DTX dan PG5-DTX berturut-turut
58,78±2,03, 91,56±7,30, 74,20 dan 5,87%. Karakterisasi dengan photon
corellation spectroscopy (PCS) untuk formula optimum masing-masing eksipien
dihasilkan ukuran partikel berturut-turut 21,8±4,2, 29,0±0,8, 113,8 dan 14,69±2,7
nm. Potensial zeta -9,06 - +22,78 mV. Morfologi dari masing-masing
nanopartikel menunjukkan bentuk yang sferis kecuali nanopartikel DTX-GMO
yang memiliki kecenderungan bentuk kubik.
Uji sitotoksisitas in vitro pada sel MCF7 dengan metode MTT menunjukkan
nanopartikel P84-DTX, TPGS-DTX, GMO-DTX dan PG5-DTX dapat
meningkatkan sitotoksisitas DTX berturut-turut 2,3; 8,8; 8,4 dan 1,9 kali
dibandingkan sitotoksisitas DTX kontrol.
Pembuatan sel MCF7 resisten terhadap DTX yang dilakukan dengan metode
peningkatan dosis paparan DTX secara bertahap menghasilkan sel MCF7 resisten
(MCF7/R) dengan nilai IC50 4,7 kali lebih tinggi dan memiliki ekspresi P-gp tiga
kali lebih tinggi dibanding IC50 sel MCF7 normal. Selanjutnya digunakan untuk
pengujian terkait resistensi yang berkaitan dengan peningkatan ekspresi P-gp.
Uji imunositokimia untuk visualisasi ekspresi P-gp menunjukkan perlakuan
dengan nanokarier GMO, P84 dan PG5 secara kualitatif mampu menurunkan
jumlah sel MCF7/R yang mengekspresi P-gp. Sedangkan pada uji kuantifikasi
ekspresi P-gp menggunakan metode flowcytometry, perlakuan dengan masingmasing nanokarier, hanya perlakuan dengan nanokarier GMO yang dapat
menurunkan kadar P-gp secara bermakna.
Penurunan aktivitas P-gp oleh masing-masing nanokarier ditentukan melalui uji
multidrug resistance dengan menentukan uptake senyawa calcein acetoxymethyl
ester (calcein-AM) ke dalam sel MCF7 dan MCF7/R. Hasil uji menunjukkkan
tidak terjadi perubahan uptake calcein-AM pada sel MCF7 sementara pada sel
MCF7/R perlakuan dengan nanokarier GMO, PG5, P84 dan TPGS dapat
meningkatkan uptake calcein-AM secara bermakna yang menandakan bahwa
nanokarier tersebut mampu menurunkan ekspresi P-gp. Hasil uji tersebut juga
menunjukkan bahwa nanokarier GMO memiliki kemampuan yang paling baik
dalam menurunkan ekspresi P-gp.
Pada akhir penelitian ini telah dihasilkan sediaan cubosome DTX-GMO yang
memiliki ukuran berkisar 100 nm , potensi sitotoksisitas lebih baik dan dapat
menurunkan ekspresi P-gp sehingga diharapkan dapat dikembangkan sebagai
nanokarier untuk mengatasi resistensi pada terapi kanker.