digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kepulauan Togean terletak di Teluk Tomini, Kabupaten Tojo-Una-Una, Propinsi Sulawesi Tengah, dengan letak geografis 0⁰ - 0⁰ 40’ LS dan 121⁰ ’30 - 122⁰ 30’ BT., terdiri dari beberapa pulau dengan pulau besarnya adalah Pulau Una-Una, Pulau Batudaka, Pulau Togean, Pulau Talakatoh, Pulau Waleakodi dan Pulau Waleabahi. Kepulauan ini berada di antara Lengan Utara dan Lengan Timur Sulawesi, di zona konvergen yang kompleks di antara dua subduksi yaitu subduksi Lempeng Laut Sulawesi yang menunjam miring ke selatan dan subduksi Lempeng Laut Maluku atau lempeng laut di hadapan Mikrokontinen Banggai Sula yang miring ke barat. Kondisi tektonik yang kompleks tersebut menghasilkan beragam jenis batuan volkanik di Kepulauan Togean. Batuan volkanik ini masih menjadi kontroversi mengenai asal mula terbentuknya. Oleh karena itu dalam rangka menjawab tatanan geodinamik berdasarkan petrogenesis batuan volkanik tersebut, dilakukan penelitian yang komprehensif meliputi survei lapangan, analisis petrografi, geokimia dan umur radiometri. Instrumentasi yang digunakan dalam analisis petrologi dan geokimia meliputi mikroskop polarisasi, SEM-EDS, XRF, ICP-MS, PGA dan INAA; sedangkan untuk analisis umur dilakukan dengan metode jejak belah pada zirkon. Batuan volkanik dari Kepulauan Togean berdasarkan lokasi dan afinitas batuannya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu Una-Una (UN), Togean (TG) dan Walea (WL). Batuan volkanik UN dan TG memiliki kesamaan dalam hal ciri dan pola geokimia yaitu bertipe adakit (SiO2 ≥ 56 %, Al2O3 ≥ 15 %, MgO < 3 %, Y ≤ 15 ppm, Yb ≤ 1.9 ppm, Sr > 300 ppm, rasio Sr/Y > 20, dan La/Yb > 20), terdiri dari jenis trakhiandesit-basaltik sampai trakhidasit, berafinitas magma kalk-alkalin, kalk-alkalin K-tinggi dan sosonit. Variasi batuan volkanik yang terdapat di UN dan TG diinterpretasikan terbentuk dari partial melting slab Lempeng Laut Sulawesi pada zona amfibol-eklogit dalam sistem subduksi yang terjadi di utara Kepulauan Togean. Karakteristik geokimia UN dan TG dengan pola unsur tanah jarang ringan (La, Ce, Pr) 40-150 kali nilai kondrit dan 10 kali pada unsur UTJ berat (Dy, Ho, Er, Tm, Yb, dan Lu) dan keduanya memperlihatkan kelimpahan unsur-unsur komponen subduksi seperti Ba (>1000ppm), Sr (>1000ppm), B (>3ppm), Pb (>25ppm) dan menunjukkan deplesi negatif Nb, lebih memperkuat bukti bahwa batuan volkanik ini terbentuk di lingkungan konvergen-subduksi. Berbeda dengan UN dan TG, batuan volkanik dari WL, memiliki himpunan batuan volkanik dengan afinitas magma toleit, berjenis andesit-basalt dan basalt toleit, ada yang terbentuk di punggung tengah samudera (MORB), IAT dan CAB. Himpunan batuan ini diinterpretasikan sebagai bagian ofiolit yang berhubungan dengan subduksi atau dikenal dengan suprasubduction ophiolite (SSZ). Sistem subduksi yang berhubungan dengan ofiolit SSZ ini terjadi di sebelah tenggara Kepulauan Togean dengan melibatkan Lempeng Laut Maluku atau lempeng laut yang berada di depan mikrokontinen Banggai-Sula dengan ofiolit Sulawesi Timur (ESO). Pada awalnya, di kala Miosen, penunjaman Lempeng Laut Sulawesi yang menghasilkan batuan bertipe adakit di Pulau Una-Una menunjam dengan kemiringan landai (Partial melting slab terjadi di kedalaman 70-85 km, dengan jarak dari palung 250 km). Seiring dengan proses subduksi yang menerus dan makin terjalnya sudut penunjaman, kemudian terjadi proses percampuran di baji mantel (mantle wedge) disusul dengan proses diferensiasi magma di kantong magma yang menghasilkan komposisi batuan lebih asam. Berbeda dengan proses yang terjadi di bagian utara Kepulauan Togean yang menunjukkan subduksi aktif dari Lempeng Laut Sulawesi sejak Miosen, bagian selatan Kepulauan Togean mencirikan produk subduksi dengan proses yang berbeda. Himpunan batuan ofiolit yang tersebar di Wilayah Walea yang terbentuk sekitar 6 jtl., mencirikan bahwa ofiolit ini berhubungan dengan proses pemekaran di depan subduksi akibat adanya roll back slab lempeng laut di depan Mikrokontinen Banggai Sula atau Lempeng Laut Maluku. Intensifnya pergerakan Mikrokontinen Banggai-Sula ke barat pada saat ini, mengakibatkan kolisi dan teranjakkannya himpunan ofiolit ESO ke permukaan di Lengan Timur Sulawesi dan ofiolit SSZ di WL, sedangkan di wilayah UN dan TG, aktivitas volkanisme masih berlangsung. Hasil analisis geokimia material piroklas dari letusan Gunung Colo di Pulau Una-Una pada tahun 1983 menunjukkan bahwa magmanya berkomposisi asam, berasal dari percampuran dengan mantel (mantle mixing), diperkuat dengan hadirnya himpunan mineralogi flogopit-hornblenda-biotit dari analisis petrografi, yang menandakan asal magma yang dalam.