digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Estimasi Kandungan Bahang Laut (KBL) menjadi hal penting untuk memprediksi jumlah konten panas yang ada di lautan. Perhitungan KBL di Samudra Pasifik Ekuatorial bagian Barat dilakukan menggunakan data temperatur in situ yang diperoleh melalui Argofloat. Metode yang digunakan untuk menghitung KBL adalah dengan model pendekatan dua lapis air laut dari Young et al. (2009). Analisis dilakukan dari permukaan, lapisan 0 – 150 m, 0 – 300 m, 0 – 700 m dan 0 – 2000 m yang mewakili kondisi di lapisan termoklin bagian atas dan bawah serta lapisan kedalaman. Berdasarkan hasil pengamatan tahun 2003 – 2012, diketahui bahwa KBL bernilai 4.99 x 1022 J pada lapisan 0 – 150 m; 5.52 x 1022 J pada lapisan 0 – 300 m; 7.24 x 1022 J pada lapisan 0 – 700 m; dan 11.81 x 1022 J pada lapisan 0 – 2000 m. Selama tahun 2003 – 2012, nilai anomali KBL Samudra Pasifik Ekuatorial bagian Barat berharga positif (tahun 2008, dan 2010 – 2012) dan negatif (tahun 2003 – 2007 dan 2009). Pemanasan ditandai dengan adanya anomali positif dan sebaliknya pendinginan untuk anomali negatif. Tren linier rata-rata 10 tahun memperlihatkan anomali positif (terjadinya pemanasan) untuk lapisan 0 – 150 m sebesar 2.39 MJ/m2; lapisan 0 – 300 m sebesar 2.56 MJ/m2, lapisan 0 – 300 m sebesar 2.66 MJ/m2; dan lapisan 0 – 2000 m sebesar 3.57 MJ/m2 per tahun selama tahun 2003 – 2012. Variasi KBL juga terjadi secara spasial, di mana secara umum, pusat zona panas ditemui berada di tengah area pengamatan 14 °LU – 06 °LS dan 128 °BT – 157 °BT (terutama di utara Kepala Burung Pulau Papua). Sementara pusat dingin ada di utara Kepulauan Maluku dan selatan ekuator. Pola nilai KBL secara tahunan di zona tropis ini juga dipengaruhi oleh adanya variabilitas ENSO. Hasil korelasi KBL dan ENSO memperlihatkan terjadinya adanya time lag 1 bulan di mana fenomena El Nino (La Nina) terjadi 1 bulan lebih dahulu terhadap penurunan (kenaikan) KBL.