digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada saat terjadinya krisis moneter yang diawali Pertengahan Juli 1997 yang lalu, PT. Wijaya Karya sebagai salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang penyediaan jasa konstruksi mengalami penurunan daya saing perusahaan terutama dalam memenangkan lelang/tender. Selain itu juga dengan terbatasnya proyek pemerintah maupun proyek swasta dan dengan jumlah kontraktor yang cukup banyak mengakibatkan terjadinya persaingan yang cukup ketat dan menjurus kearah persaingan tidak sehat. Dengan adanya globalisasi disatu pihak membuka peluang, perusahaan untuk memasuki pasar global namun dilain pihak menimbulkan ancaman akibat masuknya kontraktor asing ke Indonesia. Dengan demikian permasalahan pokok yang dialami PT. Wijaya Karya adalah bagaimana upaya memenangkan persaingan dimasa yang akan datang agar perusahaan mendapatkan label untuk tumbuh dan berkembang. Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan benchmarking terhadap pemenang tender proyek sipil dan proyek gedung serta melakukan analisa terhadap proses bisnis penanganan tender. Dari hal tersebut dapat ditentukan faktor-faktor kegagalan yang menyebabkan kekalahan. Dari hasil faktor kegagalan tersebut dilakukan perbaikan terhadap proses penanganan tender dengan pendekatan Business Process Improvement. Dari hasil analisa, faktor penyebab kegagalan untuk memenangkan tender dapat dibagi dalam 5 faktor manusia, peralatan, material, metode dan lingkungan. Faktor kegagalan manusia meliputi pengetahuan dan skill yang dimiliki terbatas serta komitmen manajemen kurang. Faktor kegagalan dalam peralatan meliputi umlah alat berat yang tersedia tidak memadai serta umur alat yang sudah melewati umur ekonomis. Faktor kegagalan pada material meliputi sulitnya mencari harga material lebih dari satu supplier / sub kontraktor karena waktu yang terbatas serta supplier dan sub kontraktor yang ada tidak dibina lebih lanjut. Faktor kegagalan di metode adalah sulitnya mencari harga, prosedur perusahaan untuk mencari harga material tidak berjalan serta tidak hanya standar perhitungan analisa pekerjaan yang selalu berulang, serta pembebanan mark-up yang tidak sesuai dengan besar - kecilnya proyek. Sedangkan faktor kegagalan di lingkungan meliputi budaya birokrasi yang masih kental, jaringan informasi untuk mengetahui nilai Owner Estimate terbatas serta waktu pelaksanaan tender yang sangat pendek dan terbatas. Dari faktor-faktor kegagalan tersebut maka dibuat usulan program perbaikan penanganan tender yang meliputi program jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek dan jangka panjang meliputi : Pemberdayaan SDM di bagian pemasaran dan estimator, peningkatan peralatan yang dimiliki, peningkatan pengelolaan supplier dan sub kontraktor, perbaikan penanganan tender serta menerapkan budaya perusahaan. Selain itu juga diusulkan diagram alir penanganan lelang yang bare sebagai pengganti diagram alir yang lama yang belum sesuai dengan kondisi real. Untuk melakukan program perbaikan tersebut, maka pada pelaksanaannya dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu : Tahap I yaitu tahap persiapan, Tahap II yaitu penerapan, Tahap III yaitu tahap pengukuran dan kontrol dan yang terakhir adalah Tahap IV yaitu tahap tindak lanjut.