digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Program perbaikan kualitas, sebagai salah sate faktor esensial dalam menghadapi persaingan, telah banyak diimplementasikan. Program ini merupakan bentuk operasional dari berbagai sistem perbaikan kualitas baik yang menggunakan pendekatan standar seperti ISO 9000 maupun yang menggunakan pendekatan award seperti Deming Prize, Malcolm Balridge National Quality Award dan European Quality Award. Program perbaikan kualitas ini diimplementasikan untuk mengelola proses dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kualitas yang diinginkan. Sayangnya implementasi ini sering menemui kegagalan. Salah satu hambatan terbesar yang dihadapi organisasi dalam mengimplementasi program ini adalah hambatan budaya. Telah banyak peneliti yang membuktikan hal ini. Dalam konteks ini, faktor budaya mengacu pada budaya kualitas yang merupakan bagian terintegrasi dari budaya perusahaan. Budaya kualitas didefinisikan sebagai pola kebiasaan, nilai, kepercayaan dan perilaku dalam memperhatikan kualitas. Dengan diketahuinya bahwa persoalan budaya sering menghambat program ini, muncul suatu dugaan tentang adanya hubungan antara budaya kualitas dengan implementasi program perbaikan kualitas. Hubungan budaya kualitas dengan implementasi program perbaikan kualitas pada penelitian ini dipelajari melalui studi kasus di PT.A dan PT.B setelah diketahui adanya perbedaan tingkat implemetasi program perbaikan kualitas diantara keduanya. Data tingkat implentasi program perbaikan kualitas yang dibangun dari elemen-elemen ISO serf 9000, Deming Prize, Malcolm Balridge National Quality Award dan European Quality Award, didapatkan melalui wawancara dengan penanggung jawab program perbaikan kualitas di kedua perusahaan. Identifikasi budaya kualitas dilakukan dengan menganalisis respon kuesioner yang dikumpulkan dari 184 responden di kedua perusahaan. Beberapa variabel yang diambil dari penelitian terdahulu, diketahui tidak valid pada penelitian ini. Pengujian validitas dan reliabilitas mendapatkan hanya 28 dari 40 variabel yang valid pada penelitian ini. Variabel-variabel tersebut kemudian dirangkum menjadi 5 dimensi budaya kualitas dengan analisis faktor. Kelima dimensi tersebut adalah: teamwork, leadership for quality, supplier partnership, people involvement & empowerment dan quality awareness. Kelima dimensi tersebut merupakan representasi dari budaya kualitas, sehingga perbandingan kondisi budaya kualitas dilakukan dengan membandingkan kondisi dimensi-dimensi tersebut di kedua perusahaan. Perbandingan kondisi budaya kualitas dilakukan dengan pengujian t-student untuk 2 sampel independen. Path hasil pengujian ini kemudian dilakukan analisis untuk melihat hubungan budaya kualitas dengan implementasi program perbaikan kualitas. Hasil analisis menujukkan bahwa pada tingkat budaya kualitas yang lebih tinggi, didapatkan tingkat implementasi program perbaikan kualitas yang lebih tinggi.