digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebutuhan mendesak akan rumah yang banyak dalam waktu singkat seringkali menyebabkan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan rumah pasca-bencana di Indonesia berlangsung terburu-buru tanpa melibatkan masyarakat dalam setiap tahapannya. Akibatnya, seringkali produk yang dihasilkan menjadi tidak layak dan keseluruhan proses rekonstruksi menjadi lambat.Sistem produksi rumah secara massal yang dilakukan oleh kontraktor (pihak ketiga) pada rekonstruksi Aceh banyak menimbulkan ketidakpuasan masyarakat dan berdampak timbulnya fenomena rumah kosong. Pembangunan dengan pelibatan masyarakat di Yogyakarta dan Pangandaran menunjukan tingkat kepuasan masyarakat yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang membandingkan macam-macam pola pendekatan pelaksanaan rekonstruksi pasca bencana di Gujarat. Dengan mendapat kepercayaan untuk membangun rumahnya sendiri, masyarakat memiliki rasa kepemilikan yang tinggi, sehingga rumah pun sudah dihuni oleh pemiliknya walaupun belum 100% rampung. Akan tetapi, metode konvensional serta kemampuan pekerja yang tidak terlatih pada pembangunan dengan pola pelibatan masyarakat mengakibatkan produktifitas menjadi rendah, tidak efisien, serta kualitas yang tidak memenuhi standar. Oleh karena itu, perlu suatu sistem aplikatif yang dapat mengambil sisi positif dari pola-pola yang telah berjalan tersebut, sehingga pembangunan rumah pasca-bencana menjadi lebih cepat, sesuai standar, dan dapat diterima oleh masyarakat. Sistem tersebut dirumuskan dalam suatu model proses produksi rumah sederhana untuk mempercepat masa kostruksi rumah pasca bencana.Penelitian ini dilakukan dengan pola pendekatan (1)mengenali fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan rumah sederhana pada konteks pasca bencana melalui kajian literatur dan studi kasus, (2)analisis untuk mencari pola intervensi yang tepat untuk menggabungkan sistem-sistem yang ada, (3)mengidentifkasi fungsi-fungsi yang perlu ditegakkan serta menggagaskan struktur untuk memungkinkan terlaksananya pola intervensi tersebut, (4)pembentukan model untuk menggambarkan interaksi sistem dengan fenomena yang hendak diintervensi melalui pemfungsian sistem tersebut, untuk kemudian (5)menggagaskan dan merumuskan cara untuk membentuk struktur model yang telah dirumuskan.Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja fungsi efisiensi, produktifitas, dan kualitas dapat dipenuhi dengan mengadaptasi nilai-nilai positif dari pembangunan pola kontraktor serta pola pelibatan masyarakat, melalui teknik komponenisasi, pre-fabrikasi, standardisasi, dan konsep pembangunan masal, dengan tetap memperhatikan dan melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaannya.