digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1989_TS_PP_Dharmadi_1.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

Helopeltis antonii Signoret (Hemiptera; Miridae) merupakan salah satu serangga hama teh yang masih sering menimbulkan kerugian karena di tempat tertentu (daerah endemik) sewaktu-waktu populasinya dapat meningkat sampai lebih dari 8 ekor/2 m2 (tingkat ledakan atau outbreak). Telah dilakukan inventarisasi daerah endemi di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Barat dengan cara pengumpulan data sekunder dan survei lapangan dari tahun 1980 sampai dengan 1986. Timbul pertanyaan, apakah penyebab peningkatan populasi di daerah-daerah endemi tersebut. Masalah penyebab peningkatan populasi serangga ini dapat dikembalikan pada perubahan faktor lingkungan alami seperti iklim, habitat, kandungan hara tanah ataupun musuh alami. Di samping itu terdapat juga kemungkinan bahwa usaha pengendalian serangga ini di daerah endemik justru menjadi kemungkinan terjadinya peningkatan populasi. Untuk mencari jawaban atas kedua pertanyaan tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi usaha pengelolaan serangga H. antonii yang telah lazim dikerjakan, yaitu (a) pengendalian secara periodik dengan berbagai senyawa kimia, pupuk dan insektisida, serta pengendalian mekanis berupa pemangkasan. Metoda yang dilakukan adalah menggunakan rancangan acak kelompok dengan 11 perlakuan dan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah berbagai cara pengendalian. Percobaan tersebut dilakukan pada tanaman teh var. Assam asal biji. (b). Pengamatan berbagai klon yang memiliki tingkat ketahanan yang berbeda terhadap H. antonii, dengan menggunakan metoda rancangan acak kelompok dengan sepuluh perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah sepuluh macam klon teh yang berbeda-beda. (c) Untuk mengetahui pengaruh pemupukan pada populasi H. antonii digunakan rancangan acak kelompok dengan 15 perlakuan berupa imbangan dosis pupuk yang berbeda, dan diulang tiga kali. Untuk menunjang hasil percobaan lapangan dilakukan percobaan laboratorium dengan memberikan daun pucuk teh dari perdu teh yang diberi pupuk dengan dosis yang berbeda kepada sepasang serangga H. antonii dewasa, untuk diamati jumlah telur yang dihasilkan oleh setiap ekor betina. Pada percobaan ini digunakan rancangan acak kelompok. Dengan sembilan dosis pupuk yang berlainan sebagai perlakuan yang diuji. (d). Untuk mengetahui bagaimana bentuk fluktuasi populasi H. antonii yang diamati berdasarkan jumlah individu dan intensitas serangan pada daun pucuk teh, digunakan rancangan percobaan acak kelompok dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diuji adalah penyemprotan tiga jenis insektisida yang berbeda dan satu kontrol. (e). Penelitian pendukung terdiri dari (1) penelitian biologi (2) analisis zat terkandung dalam daun pucuk teh (3) percobaan perlakuan subletal insektisida pada populasi (4) penghitungan musuh alami hama dan jasad arthropoda lain selain H. antonii. Hasil-hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (a). Dari percobaan pengaruh berbagai pengendalian pada populasi menunjukkan, bahwa semua cara pengendalian yang diuji tidak menyebabkan populasi serangga H. antonii mencapai status serangga hama serius, tetapi mencapai status serangga biasa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kepadatan populasinya yang tidak pernah mencapai 8 ekor/2 m2, sebagai kepadatan populasi yang berstatus serangga hama serius, karena dapat menurunkan 87,57 % produksi daun pucuk teh. Meskipun demikian terjadi perubahan komposisi perbandingan serangga dewasa dan nimfa, serta perbandingan serangga dewasa jantan dan betina. Perbandingan jumlah individu dewasa dan nimfa pada petak kontrol adalah 25,5 : 74,44, akibat pemangkasan kepris menjadi 15,18 : 84,82, akibat penyemprotan campuran urea dan fenvalerate menjadi 10,87 : 89,13. Pada petak kontrol perbandingan jumlah individu serangga dewasa jantan dan betina adalah 1,2 : 1,0, akibat penyemprotan campuran urea dan fenvalerate menjadi 4,0 : 1,0, sedangkan akibat penyemprotan larutan urea menjadi 0,8 : 1,0. (b). Didapat jenis klon yang rentan terhadap serangan H. antonii, yaitu klon Cin 143 dan SA 40. Klon teh lainnya tergolong klon yang tahan ialah TRI 2024, TRI 2025, PS 1, SA 35, Kiara 8, PS 125, RB 1 dan RB 3. Selama percobaan diketahui bahwa populasi H. antonii pada berbagai klon tidak mencapai status serangga hama serius, tetapi menunjukkan serangga biasa.(c). Faktor abiotis seperti hujan, suhu, kelembaban dan kandungan hara tidak menunjukkan adanya hubungan nyata dengan kenaikan populasi H. antonii. (d). Penggunaan pupuk mempengaruhi kualitas daun pucuk teh, yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan populasi H. antonii. Imbangan Urea : TSP : KC1 : Kiserit (kg/ha/tahun): 600 : 450 : 450 : 225; 600 : 450 : 450 : 75; 450 : 150 : 300 : 225; 450 : 150 : 300 : 75 menyebabkan intensitas serangan rendah. (e). Penggunaan beberapa insektisida seperti sipermetrin, isoxation dan carbarilendosulfan dapat menurunkan populasi H. antonii. f. Hasil pengamatan populasi H. antonii dengan cara menghitung gejala kerusakan akibat serangan tidak selalu sama dengan gambaran kepadatan populasi yang dihitung dengan cara menghitung jumlah individu. Hubungan keeratan antara kedua cara itu antara 5,2 sampai 78,5 %. Cara pengamatan yang terbaik ialah dengan menghitung langsung individu serangga hama yang bersangkutan. Hasil penelitian penunjang antara lain menunjukkan bahwa : (g) Jumlah telur yang berhasil menetas, kemudian menjadi nimfa dan serangga dewasa sangat bervariasi dari waktu ke waktu, meskipun berada dalam suasana laboratorium yang mendukung untuk keberhasilan pembiakan. (h). Kadar zat pati dan lemak total mempunyai peranan yanglebih besar dalam kerentanan klon teh terhadap serangan H. antonii. Klon yang tahan seperti TRI 2024 kandungan lemak totalnya 10,2 % dan PS 1 sebanyak 12,76 %. Klon yang rentan seperti Cin 143 kandungan lemak totalnya 2,6 % dan SA 40 sebanyak 1,36 %. Klon yang tahan seperti klon TRI 2024 memiliki kandungan zat pati 5,27 %, dan klon yang rentang Cin 143 sebesar 8,71 %. (i). Penggunaan insektisida konsentrasi subletal mempengaruhi sistem reproduksi H. antonii, dan menghasilkan telur lebih banyak daripada kontrol, yaitu sebanyak 1,7 kali akibat insektisida fenitrothion (0,0005 % produk formulasi), 1,5 kali akibat permethrin (0,00075 % produk formulasi) dan 1,3 kali akibat fenthion (0,001. % produk formulasi). (j). Survei musuh alami hama pada percobaan mengenai populasi H. antonii pada berbagai klon teh tidak menemukan musuh alami dari hama bersangkutan baik predator, parasitoid ataupun patogen. (k) Musuh alami hama yang umum ditemukan pada berbagai klon teh berasal dari jenis arachnida, hymenoptera dan coccinelidae. Jumlah individu musuh alami tersebut lebih banyak ditemukan pada klon SA 35, RB 3, PS 1, SA 40, TRI 2024 dan PS 125. (1) Semua jenis kion dalam pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kion teh tersebut mengalami gangguan oleh berbagai spesies hama lain dengan frekwensi kehadiran antara 50 sampai 61,5 % oleh ulat jengkal (Hyposidra talaca), dan43,6 sampai 64,1 % oleh ulat penggulung daun (Homona coffearia), sehingga populasi H. antonii pada masing-masing klon itu secara bersama-sama dengan hama yang lain berada pada tanaman teh yang sama pula menimbulkan gangguan. Berdasarkan hasil penelitian ini dianjurkan beberapa tindakan dalam menghadapi H. antonii di perkebunan teh 1. Menanam klon teh yang tahan terhadap serangan H. antonii seperti klon : TRI 2024, TRI 2025, PS 1, SA 35. Kiara 8, PS 125, RB 1, dan tidak menanam klon teh yang rentan seperti klon Cin 143 dan SA 40. 2. Melakukan pemetikan daun pucuk teh yang digunakan oleh H. antonii sebagai tempat meletakkan telurnya. 3. Melaksanakan pemupukan dengan imbangan dosis nitrogen yang tidak menguntungkan untuk perkembangan serangga H. antonii. 4. Melaksanakan pengaturan waktu pemangkasan perdu teh, sehingga daun pucuk teh yang tumbuh kembali tidak bersamaan waktunya dengan tingkat populasi yang tinggi dari serangga H. antonii. Kemudian diikuti dengan pelaksanaan teknik budidaya tanaman teh lain seperti pengendalian gulma, pemupukan. 5. Bilamana perlu melakukan penyemprotan insektisida pilihan atau campuran pupuk daun dan insektisida yang mengakibatkan dampak seminimal mungkin terhadap struktur stadia H. antonii.