digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses pemisahan dengan membran mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan metode pemisahan yang konvensional. Namun demikian, penggunaan teknologi ini di Indonesia masih mengalami kendala, antar lain keterbatasan polimer yang harus diimpor. Tujuan penelitian ini adalah mencari alternatif bahan dasar membran dengan mendayagunakan kayu sebagai surnber daya alam di Indonesia. Membran selulosa asetat dari pulp Eucalyptus alba telah dibuat dengan cara inversi fasa, dengan komposisi 17% berat selulosa asetat, 27% berat formamida dan 56% berat aseton dengan media koagulasi air es. Membran yang dihasilkan dibandingkan terhadap produk komersial dan dikarakterisasi meliputi spektroskopi inframerah, penentuan kadar asetil, penentuan massa molekul relatif, difraksi sinar-X, kinerja membran, morfologi dan sifat mekaniknya. Spektrum inframerah menunjukkan puncak serapan yang khas dari selulosa asetat pada 1238,2 cm-1. Hasil dari asetilasi menunjukkan kandungan asetil selulosa asetat buatan maupun selulosa asetat komersial adalah 38,17% dan 40,220/O. Hasil analisa difraksi sinar-X menunjukkan bahwa selulosa asetat mempunyai struktur amorf dimana derajat kristalinitas selulosa asetat buatan maupun komersial adalah 20,15 % dan 21,19 %. Karakterisasi kinerja membran dilakukan menggunakan dektran T-10, T-40, T-70, T-500 dan T-2000 dan hasil karakterisasi ini menunjukkan membran selulosa asetat komersial mempunyai koefisien rejeksi lebih besar dari 90% pada semua dekstran sedangkan selulosa asetat buatan mempunyai koefisien rejeksi lebih besar dari 90% untuk dektran T-40 atau dekstran T-2000. Hal ini didukung oleh hasil analisa morfologi yang menunjukkan bahwa pori selulosa asetat komersial lebih rapat daripada selulosa asetat buatan. Dari hasil semua karakterisasi dapat ditunjukkan bahwa membran selulosa asetat buatan mempunyai kinerja yang hampir sama dengan membran selulosa asetat komersial.